TEMPO.CO, Minsk – Ratusan demonstran di Belarus berkumpul di Ibu Kota Minsk pada Rabu malam untuk menentang perintah Presiden Alexander Lukashenko.
Lukashenko telah memerintahkan polisi untuk membersihkan jalan dari kerumunan warga.
Perintah ini keluar setelah Minsk dilanda aksi demonstrasi selama satu setengah pekan.
Demonstran menuntut pengunduran diri Lukashenko, yang telah berkuasa 26 tahun dan diduga melakukan kecurangan pada pilpres dua pekan lalu, yang dimenangkannya.
Secara terpisah, Uni Eropa menolak terpilihnya kembali Lukashenko dalam pemilu bersengketa, yang berlangsung pada 9 Agustus 2020.
Uni Eropa juga mengenakan sanksi finansial kepada pejabat yang diduga terlibat dalam kecurangan pemilu.
“Ini tentang rakyat Belarus dan hak legitimasi mereka untuk menentukan masa depan negaranya,” kata Ursula von del Leyen, kepala Komisi Eksekutif Uni Eropa seperti dilansir Reuters pada Kamis, 20 Agustus 2020.
Sebelum UE melakukan pertemuan puncak, tokoh oposisi Svetlana Tikhanovskaya, mengatakan UE sebaiknya menolak hasil pemilu curang yang diklaim memenangkan Lukashenko. Dia juga meminta UE mendukung digelarnya pemilu ulang dengan dukungan pengamat internasional.
Sikap Uni Eropa ini mendapat dukungan dari kandidat calon Presiden Joe Biden dari Amerika Serikat.
“Rakyat Belarus yang berani menunjukkan suara mereka tidak akan dibungkam oleh teror atau penyiksaan,” kata Biden lewat cuitan di Twitter. Dia juga meminta agar Rusia tidak melakukan intervensi.