TEMPO.CO, Jakarta - Ketua kelompok oposisi Belarus, Svetlana Tikhanouskaya, mengklaim siap menggantikan Presiden Alexander Lukashenko yang didesak warga untuk mundur. Hal tersebut menyusul unjuk rasa dan kerusuhan anti-pemerintah di Belarus yang sudah berlangsung berhari-hari.
"Saya siap memimpin Belarus dan akan mendorong penciptaan mekanisme legal untuk memastikan pilpres bisa digelar ulang secara adil," ujar Svetlana Tikhanouskaya dari persembunyiannya di Lithuania, dikutip dari Reuters, Senin, 17 Agustus 2020.
Selain berjanji akan menciptakan mekanisme pelaksanaan pemilu yang baru, Svetlana Tikhanouskaya juga meminta aparat penegak hukum untuk berpindah kubu. Menurut Svetlana Tikhanouskaya, aksi Presiden Alexander Lukashenko tak bisa dimaafkan dan tidak seharusnya aparat penegak hukum mendukungnya.
Pernyataan Svetlana Tikhanouskaya tersebut menyusul sejumlah aksi dari personil kepolisian dan militer yang memutuskan untuk mundur dari satuannya. Mereka merasa tak lagi sepaham dengan Alexander Lukashenko di mana memerintahkan penangkapan ribuan demonstran usai memenangi Pilpres Belarus untuk keenam kalinya.
Sebagaimana diberitakan sebleumnya, warga Belarus telah turun ke jalan selama sepekan terakhir untuk mendesak Lukashenko mundur. Menurut mereka, Alexander Lukashenko telah berbuat curang selama pilpres untuk bertahan sebagai diktator terakhir Eropa. Lukashenko sendiri mengklaim dirinya menang dengan perolehan suara 80 persen.
"Saya siap untuk mengambil tanggung jawab dan berperan sebagai pemimpin di tengah periode sulit ini," ujar Svetlana Tikhanouskaya yang kabur ke Lithuania untuk menghindari ancaman Alexander Lukashenko.
Alexander Lukashenko, sejauh ini, belum memberikan respon atas pernyataan Svetlana Tikhanouskaya. Namun, pekan lalu, ia menuduh ada intervensi asing di balik kisruh Belarus. Sembari meminta bantuan Rusia, yang awalnya ia musuhi, Alexander Lukashenko mengklaim militer NATO dan negara-negara tetangga seperti Polandia dan Lithuania sudah bersiaga di perbatasan untuk mencari masalah.
ISTMAN MP | REUTERS