TEMPO.CO, Jakarta - Ketua oposisi Belarus, Svetlana Tikhanouskaya, mendorong lebih banyak demonstrasi terhadap rezim Alexander Lukashenko. Hal tersebut menyusul kemenangan Alexander Lukashenko untuk keenam kalinya pada Pilpres Belarus beberapa hari lalu.
Selain mendorong adanya lebih banyak unjuk rasa terhadap Alexander Lukashenko, Svetlana Tikhanouskaya juga mendesak adanya penghitungan ulang hasil Pilpres Belarus. Menurutnya, ada yang tidak beres dari kemenangan Lukashenko yang diklaim memperoleh 80 persen suara.
"Warga Belarus tidak ingin lagi hidup dengan pemerintahan yang lama. Pertahakanlah pilihan kita, jangan menghindar. Suara kita perlu didengar," ujar Svetlana Tikhanouskaya di tengah pengungsiannya di Lithuania, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Sabtu, 15 Agustus 2020.
Hingga berita ini ditulis, unjuk rasa menentang hasil Pilpres Belarus sudah berjalan enam hari. Rakyat turun ke jalan untuk memprotes hasil Pilpres Belarus yang mereka yakini telah dimanipulasi.
Puluhan ribu warga bergabung dalam unjuk rasa tersebut. Beberapa di antaranya adalah buruh yang bekerja di pabrik-pabrik milik negara. Alhasil, selama unjuk rasa berlangsung, kegiatan ekonomi nyaris terhenti.
Selama unjuk rasa berlangsung, ribuan demonstran ditangkap oleh aparat Belarus. Beberapa di antaranya adalah jurnalis. Belakangan, ribuan demonstran tersebut dibebaskan usai desakan dari masyarakat menguat.
Perkembangan terbaru, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, mempersiapkan sanksi bagi Pemerintah Belarus. Menurutnya, mereka sudah melanggar nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Luar Negeri Belarus, Vladimir Makei, menyatakan bahwa pemerintahannya sudah siap membuka dialog dengan Uni Eropa terkait situasi di negaranya. "Kami terbuka untuk dialog yang konstruktif dan objektif," ujarnya mengakhiri.
ISTMAN MP | REUTERS