TEMPO.CO, Jakarta - Panglima Tentara Nasional Libya, Jenderal Khalifa Haftar memperingatkan Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan untuk menarik keluar seluruh pasukannya atau akan menghadapi senjata pasukannya.
Haftar saat berpidato di hadapan pasukannya untuk memperingati Idul Adha menuding presiden Turki datang ke Libya untuk mencari "warisan para leluhurnya".
Haftar menegaskan, Libya tidak akan pernah menerima kolonialisme. Turki selama 300 tahun menjajah Libya tidak menyaksikan apapun kecuali iblis.
"Kami katakan kepadanya bahwa kami akan menterjemahkan warisan leluhur anda dengan peluru-peluru. Bagi pasukan Turki di Libya, tidak akan ada belas kasihan karena mereka tidak layak untuk dikasihani," tegas Haftar sebagaimana dilaporkan Arab News, 2 Agustus 2020.
"Libya akan menghadapi setiap penjajah dan akan mengusirnya. Kami sedang mencari dan mengusir mereka akan menjadi tujuan utama kami," ujarnya sebagaimana dilaporkan Al Arabiya, 2 Agustus 2020.
Erdogan mengirim lebih dari 400 tentara bayaran dari Suriah untuk bertempur dengan pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional di Tripoli yang diketuai Fayez Al-Sarraj pekan lalu.
Sarraj menguasai wilayah Barat Libya. Sementara Haftar berkuasa di wilayah timur negara itu.
Menurut organisasi Syrian Observatory for Human Rigths, jumlah total tentara bayaran Turki di Libya mencapai 16.500 orang.
Langkah Erdogan dikritik Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Anwar Gargash dengan mendesak Turki berhenti mencampuri urusan dalam negeri negara-negara Arab.
Gargash mengejek tentang kerajaan Ottoman yang runtuh seabad lalu. Dia mengatakan, tidak ada tempat untuk ilusi kolonial saat ini.