TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum wabah virus corona menyebar, lembaga keamanan Shin Bet telah menyadap telepon seluler warga Israel selama dua setengah tahun, menurut laporan televisi Channel 13 pada Ahad.
Pelacakan ponsel warga sipil ini merupakan program rahasia yang disetujui oleh pejabat tinggi Kementerian Kehakiman Israel, yang dipimpin oleh Shai Nitzan dan Jaksa Agung Avichai Manderblit.
Dikutip dari Times of Israel, 27 Juli 2020, sumber Channel 13 mengatakan program ini tidak diketahui oleh parlemen, undang-undnag, atau legalitas apapun.
Di bawah program penyadapan, telepon seluler mayoritas warga sipil dilacak oleh Shin Bet, tetapi laporan Channel 13 tidak menyebut data apa yang diambil. Namun, laporan menyebut Shin Bet mengambil data pengguna yang disimpan perusahaan telepon seluler tanpa sepengetahuan perusahaan.
Tidak disebut dalam laporan apakah perdana menteri atau kabinet mengetahui program ini.
Dikatakan bahwa Kementerian Kehakiman mengizinkan layanan untuk mengakses data pribadi warga Israel untuk periode enam bulan awal, sebelum kemudian berulang kali memperpanjang masa perizinan sampai setidaknya selama 2,5 tahun, atau bahkan mungkin hingga hari ini.
Menurut laporan, tujuan program penyadapan untuk menindak aktivitas ISIS di Israel.
Polisi Israel menahan dua pria Yahudi ultra-Ortodoks selama bentrokan ketika polisi memberlakukan lockdown sebagian untuk membendung penularan virus corona (COVID-19) di lingkungan Mea Shearim di Yerusalem, Senin, 30 Maret 2020. REUTERS/Ronen Zvulun
Informasi yang diperoleh melalui program ini berfungsi sebagai dasar untuk investigasi kriminal dan permintaan dibuat dari pengadilan untuk menyetujui penyadapan dan langkah-langkah investigasi lainnya, hakim tidak diberitahu bagaimana informasi awal telah diterima.
"Metode Shin Bet dalam perjuangannya melawan teror, dan secara umum, diklasifikasikan oleh hukum, dan mengeksposnya dapat menyebabkan kerusakan besar pada keamanan nasional. Dari waktu ke waktu, masalah hukum yang terkait dengan aktivitas lembaga diajukan untuk pemeriksaan dan persetujuan jaksa agung atau perwakilannya," kata Kementerian Kehakiman dan Shin Bet menanggapi laporan ini.
Knesset (parlemen Israel) Senin lalu mengeluarkan undang-undang yang mengizinkan Shin Bet untuk menggunakan data ponsel dan informasi sensitif lainnya untuk melacak warga Israel yang diduga terinfeksi virus corona atau pasien Covid-19.
Undang-undang kontroversial, yang akan berlaku hingga Januari, memungkinkan Kementerian Kesehatan untuk menggunakan data pelacakan Shin Bet, selama ada lebih dari 200 infeksi Covid-19 per hari.
Program ini digunakan pada Maret-April, tetapi kemudian dihentikan ketika jumlah infeksi menurun, dan karena kurangnya undang-undang formal.
Pemerintah Israel meluncurkan kembali program pelacakan telepon Shin Bet bulan lalu dalam menanggapi kenaikan tingkat infeksi, tetapi semakin banyak warga Israel yang mengatakan mereka dipaksa untuk karantina di rumah secara tidak sengaja karena kesalahan teknologi.