TEMPO.CO, Jakarta - Para pengguna Twitter di Arab Saudi ramai-ramai mengirimkan kicauan bernada menuding mantan Putra Mahkota dan ajudan setianya terlibat korupsi. Dua sumber di Arab Saudi mengatakan buzzer itu (pendengung) adalan sebuah kampanye untuk menjelek-jelekannya sehingga mungkin muncul dakwaan terhadapnya.
Situs uk.reuters.com mewartakan kicauan di Twitter tersebut untuk menyerang mantan Putra Mahkota Mohammed bin Nayef, yang digulingkan pada 2017 dan digantikan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Buzzer tersebut bermunculan sejak Jumat, 17 Juli 2020, yang mengincar pula mantan ajudannya Saad al-Jabri. Di Arab Saudi, Saad al-Jabri juga mantan anggota intelijen.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman, mencium tangan Pangeran Mohammed bin Nayef. Komisi Antikorupsi, yang diketuai putra mahkota, menemukan sejumlah bukti korupsi pada insiden banjir di Jeddah, pada 2009, dan merebaknya virus pernapasan di Timur Tengah, pada 2012. Al-Ekhbariya via AP
Badai di Twitter tersebut muncul ketika Raja Salman, 84 tahun, dilarikan ke sebuah rumah sakit di Ibu Kota Riyadh pada Senin, 20 Juli 2020. Raja Salman menderita radang kantong empedu, namun sejauh ini belum ada konfirmasi resmi detail sakit yang dialami Raja Salman.
Dua sumber di Arab Saudi, yang tak mau dipublikasi identitasnya, mengatakan kampanye di Twitter tersebut tampaknya dilakukan oleh para pengguna Twitter yang pro-pemerintah Arab Saudi di bawah kepemimpinan Mohammed bin Salman. Buzzer tersebut ditujukan untuk menggiring opini publik sebelum pengumuman dugaan korupsi terhadap bin Nayef.
“Mereka telah menyiapkan sejumlah dokumen untuk melawannya (bin Nayef) sejak Maret. Menyamarkan citranya di dalam negeri,” kata salah satu sumber yang faham masalah dibalik kampanye Twitter ini.
Sebelum digulingkan, bin Nayef dipandang sebagai rival yang signifikan oleh Putra Mahkota berkuasa saat ini. Bin Nayef mengendalikan Angkatan Bersenjata Arab Saudi, mengembangkan hubungan Arab Saudi dengan negara-negara Barat dan tetap populer dikalangan konservatif. Media milik Pemerintah Arab Saudi belum mewartakan soal buzzer Twitter ini. Pengacara bin Nayef pun enggak berkomentar.
Otoritas Arab Saudi menahan bin Nayef pada Maret lalu saat dia sedang bersama dua ajudan senior setianya. Lokasi penahanan tidak dipublikasi.
Sedangkan ajudan bin Nayef, Saad al-Jabri yang sedang berlindung ke Kanada bersama dua anak-anaknya, juga ditahan oleh otoritas Arab Saudi pada Maret lalu. Khalid putra Saad al-Jabri mengatakan kampanye di Twitter itu adalah sebuah pemutar-balikan dari cerita yang sebenarnya.