TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pembawa acara talk show Bernama TV diskors oleh kantor berita nasional Malaysia setelah menggunakan istilah Arab yang menghina Al Jazeera.
Pembawa acara televisi Bernama TV juga menyuruh saluran televisi internasional yang berbasis di Qatar itu untuk "tutup mulut" selama siaran langsung yang ditayangkan pekan ini.
Bernama, kantor berita nasional Malaysia, berada di bawah yurisdiksi Kementerian Komunikasi dan Multimedia Malaysia.
Menteri Komunikasi dan Multimedia Malaysia Datuk Saifuddin Abdullah mengatakan di Twitter dia diberitahu oleh pemimpin Bernama bahwa tindakan telah diambil terhadap pembawa acara itu.
"Kita memang tidak setuju dengan laporan saluran berita itu (Al Jazeera), tetapi kita tidak boleh menyebutnya seperti itu. Saya telah diberitahu oleh pemimpin Bernama bahwa tindakan telah diambil," kicau Datuk Saifuddin Abdullah, dikutip dari Malaymail, 9 Juli 2020.
Kita tak setuju dgn satu laporan saluran berita itu. Tapi kita tak boleh menggelarnya dgn panggilan itu. Sy dimaklumkan oleh Pengerusi Bernama yg tindakan telah diambil. https://t.co/vTSmwWCAL8
— Saifuddin Abdullah (@saifuddinabd) July 8, 2020
Insiden ini terjadi selama program Malaysia Petang Ini yang ditayangkan di Bernama TV pada 6 Juli, di mana salah satu pembawa acara mengklaim laporan "Al Jahiliyah" (Jahiliah) tidak etis dan tanpa dasar.
Pembawa acara menggunakan kata "Al Jahiliyah" untuk memplesetkan "Al Jazeera". Al-Jahiliyah adalah istilah Arab untuk "ketidaktahuan/kebodohan".
"Saya merasa bahwa Al Jazeera, atau setelah masalah ini, sebagaimana saya dapat menyebutnya, Al Jahiliyah, tidak memiliki dasar atau mungkin tidak memiliki etika. Jika kita google, mereka terlibat dalam banyak kontroversi dan kritik," kata Herleena Pahlavy, satu dari dua pembawa acara Bernama TV di akhir program, seperti dikutip dari Free Malaysia Today.
Dia kemudian menutup program dengan pernyataan, "Saya Leena Pahlavy. Al Jazeera, kalian tutup mulut."
Sepanjang program Bernama TV, kedua pembawa acara menyindir Al Jazeera atas program 101 East yang berjudul Locked Up in Malaysia's Lockdown.
Keduanya juga mempertanyakan kenapa Al Jazeera menonaktifkan komentar di akun resmi YouTube-nya, dan mengatakan itu dilakukan karena Al Jazeera takut diserang warganet Malaysia.
Pada 3 Juli, Al Jazeera yang berbasis di Qatar, merilis film dokumenter berdurasi 25 menit berjudul "Locked Up in Malaysia's Lockdown". Dokumenter ini berfokus pada pekerja migran tidak berdokumen di Malaysia, yang kemudian menyebabkan kegemparan di masyarakat Malaysia yang menyatakan keraguan tentang kebenaran laporan tersebut.
Film dokumenter itu mengklaim Malaysia mendiskriminasi migran tidak berdokumen dalam upaya pencegahan Covid-19.
Film dokumenter itu juga telah membuat kepolisian Malaysia membuka penyelidikan penghasutan terhadap Al Jazeera dan perburuan imigrasi terhadap seorang pekerja Bangladesh yang ditampilkan dalam film dokumenter.