TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat jet tempur Suriah dan Rusia telah melakukan serangan udara mematikan ke sejumlah sekolah, rumah sakit dan pasar di Provinsi Idlib, yang merupakan kejahatan perang.
Tim investigasi PBB juga mengutuk serangan oleh kelompok militan Islam.
Penyelidik mengatakan "tindakan pemboman tanpa pandang bulu" oleh pasukan pro-pemerintah menjelang gencatan senjata Maret 2020, yang difasilitasi Turki, merenggut ratusan nyawa warga sipil.
Serangan bom itu juga memaksa sekitar satu juta warga sipil melarikan diri, yang bisa termasuk dalam kategori kejahatan terhadap kemanusiaan.
Laporan itu mengatakan pesawat tempur Rusia terlibat dalam serangan mematikan 5 Maret 2020 di sebuah peternakan unggas di dekat daerah Marat Misrin, yang menjadi lokasi perlindungan orang-orang terlantar.
Pesawat tempur Rusia juga terlibat dalam tiga serangan yang merusak sebuah rumah sakit di kota Ariha, yang dikuasai pemberontak pada 29 Januari 2020.
Pemerintah Rusia membantah pasukannya terlibat dalam serangan ke rumah sakit.
Menurut Paulo Pinheiro, ketua panel investigasi PBB, dalam jumpa pers,“Anak-anak dihujani tembakan di sekolah, orang tua dihujani tembakan di pasar, pasien dihujani tembakan di rumah sakit. Seluruh keluarga dibombardir bahkan ketika mencoba melarikan diri dari serangan ini."
Pemerintahan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, telah membantah sejumlah tuduhan kejahatan perang dari PBB sebelumnya.
Tim investigasi PBB juga menuding kelompok Hayat Tahrir al-Sham, yang merupakan kelompok jihad, terlibat kejahatan perang.
Ini terjadi karena kelompok ini pernah menembakkan artileri ke wilayah pemukiman tanpa ada tujuan militer yang obyektif.
Kelompok HTS ini dulu bernama Nusra Front, yang dituding terlibat dalam tindakan penyiksaan dan mengeksekusi tahanan di Suriah. “Semua pihak melakukan kejahatan perang,” kata Paulo Pinheiro, ketua tim panel PBB.