TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan yang bergerak sistematis melawan rasisme global terhadap kulit hitam, Black Lives Matter Global Network Foundation, telah mendapatkan donasi lebih dari US$ 12 juta atau setara Rp 170,8 miliar di tengah gelombang unjuk rasa memprotes kematian George Flyod.
Menurut Kailee Scales, direktur pengelola yayasan, dana ini akan digunakan untuk memastikan komunitas kulit hitam yang mengalami rasisme memiliki akses kepada sumber dan menginvestasiakan masa depan di mana komunitas tersebut saling terhubung, terwakili dan bebas.
Berdasarkan situs resmi jaringan tersebut, ada lebih dari selusin organisasi yang aktif dan terafiliasi dengan yayasan ini seperti di Boston, Chicago, Washington D.C, Detroit hingga Kanada. Cabang terbaru didirikan di South Bend, Indiana.
Namun beberapa jaringan lokal mengeluh karena tidak merasakan cukup dukungan finansial dari pemimpin jaringan untuk merespons seperti kasus George Floyd yang tewas akibat polisi AS yang brutal.
Menurut penyelenggara gerakan Black Lives Matter, Melina Abdullah, dana ini akan digunakan untuk mendukung peningkatan kapasitas keluarga yang membutuhkan bantuan hukum, strategi komunikasi publik dan layanan lainnya.
"Kami telah berjuang selama tujuh tahun hingga saat ini karena sumber yang sangat terbatas," kata Abdullah kepada AP.
"Kami tidak digaji, kami juga memiliki biaya ril, bahkan kami tidak mengambil gaji," ujar Abdullah.
Dengan dana yang terkumpul ini, menurut Abdullah, akan membuat mereka melangkah dengan sangat kokoh.
Gerakan Black Lives Matter muncul di tahun 2013 di tengah amarah terhadap George Zimmerman, pria Florida yang menembak mati remaja 17 tahun, Trayvon Martin pada tahun 2012.
Sedangkan Jaringan Black Lives Matter dibentuk pada tahun 2014 dipicu kematian remaja 18 tahun, Michael Brown di Ferguson, Missiouri oleh polisi.
Di tengah menguatnya jaringan kerja ini berhembus isu dari para aktivis konservatif bahwa donasi ke yayasan Black Lives Matter secara tidak langsung terkait dengan Partai Demokrat.
Beberapa cabang gerakan Black Lives Matter memutuskan keluar dari jaringan dan memilih menjadi organisaasi otonom melayani lebih baik komunitas mereka.