TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Lebanon pada Kamis, 11 Juni 2020, memblokade jalan dengan membakar ban dan tong sampah di hampir penjuru Ibu Kota Beirut dan beberapa kota lainnya di Lebanon. Unjuk rasa di negara itu kembali pecah setelah mata uang pound Lebanon anjlok dan krisis ekonomi makin terpuruk.
Dikutip dari reuters.com, mata uang pound Lebanon sudah kehilangan nilainya hampir 70 persen sejak Oktober 2019 atau ketika Lebanon terpuruk dalam krisis keuangan yang menjadi ancaman serius bagi stabilitas negara itu sejak perang sipil 1975 – 1990.
Suasana unjuk rasa terkait krisis ekonomi di Beirut, Lebanon, 11 Juni 2020. REUTERS
Mulai dari Kota Tripoli di wilayah utara Lebanon hingga ke area selatan Kota Sidon, masyarakat Lebanon meneriakkan perlawanan mereka pada para elit politik. Mereka membakar ban di jalan-jalan utama hampir dipenjuru Lebanon. Unjuk rasa itu yang terbesar sejak Pemerintah Lebanon memberlakukan lockdown karena penyebaran virus corono pada pertengahan Maret 2020.
“Kami tak mampu membeli makanan atau membayar uang sewa atau apapun semacam itu. jadi kami akan bertahan disini sampai nilai dolar turun dan kami mendapatkan semua tuntutan kami,” kata Manal, seorang demonstran di Beirut.
Unjuk rasa yang terjadi di Kota Tripoli juga sama meresahkan. Tripoli adalah kota terbesar kedua di Lebanon. Di kota itu, para pengunjuk rasa melempari bom molotof ke gedung bank central, melakukan pembakaran dan memancing pasukan keamanan agar melepaskan tembakan gas air mata.
Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, menyerukan sebuah rapat darurat kabinet pada Jumat, 12 Juni 2020, untuk mendiskusikan situasi moneter. Krisis ekonomi di Lebanon dipicu oleh korupsi yang dilakukan selama puluhan tahun dan pemborosan sehingga membuat harga bahan-bahan makanan naik, begitu pula pengangguran.
Kontrol modal telah memisahkan Lebanon penghematan mata uang mereka. Pemerintah Lebanon telah menggelar pertemuan dengan Lembaga Moneter Internasional atau IMF untuk mendanai sebuah program reformasi yang diharapkan bisa membuat ekonomi negara itu kembali ke jalur yang benar.