TEMPO.CO, Jakarta - Ketua gugus tugas Covid-19 Singapura mengatakan setidaknya setengah dari kasus virus corona yang baru ditemukan di Singapura tidak menunjukkan gejala.
Singapura adalah salah satu negara dengan kasus infeksi tertinggi di Asia, dengan lebih dari 38.000 kasus, karena klaster wabah di asrama sempit yang menampung ribuan buruh migran.
Singapura membuka kembali sekolah dan beberapa bisnis pekan lalu setelah lockdown hampir dua bulan, tetapi banyak warga masih diwajibkan bekerja dari rumah dan bergaul hanya dengan keluarga mereka.
"Berdasarkan pengalaman kami, untuk setiap kasus simptomatik Anda akan memiliki setidaknya satu kasus tanpa gejala," kata Lawrence Wong, seperti dikutip dari Reuters, 8 Juni 2020.
Wong menambahkan bahwa penemuan itu dibuat dalam beberapa pekan terakhir saat Singapura meningkatkan tes Covid-19.
"Itulah mengapa kami sangat berhati-hati dalam rencana pembukaan kembali," kata Wong.
Anggota gugus tugas Covid-19 Singapura dari berbagai kementerian, Direktur Layanan Kesehatan di Kementerian Kesehatan Kenneth Mark, Menteri Kesehatan Gan Kim Yong, Menteri Pembangunan Nasional Lawrence Wong dan Liew Wei Li, Direktur Sekolah, Departemen Pendidikan, memberikan konferensi pers setelah meningkatkan peringatan wabah virus corona di Singapura, 7 Februari 2020. [REUTERS / Aradhana Aravindan]
Singapura sebelumnya tidak mengungkapkan berapa banyak kasus tanpa gejala yang telah dicatat. Wong tidak mengungkapkan jumlah kasus tanpa gejala di Singapura, yang telah melaporkan 6.294 infeksi dalam dua minggu terakhir, terutama di antara pekerja migran.
Cina mengatakan 300 pembawa Covid-19 yang tidak menunjukkan gejala di pusat kota Wuhan, pusat pandemi, belum ditemukan menular. Tetapi beberapa ahli mengatakan infeksi asimptomatik sering terjadi, membuat tantangan besar dalam mengendalikan penyakit ini ketika negara-negara mulai mencabut lockdown.
Wong mengatakan bahwa sementara individu tanpa gejala memiliki lebih sedikit kesempatan untuk menyebarkan virus karena mereka tidak batuk atau bersin, ada kasus penularan tanpa gejala di Singapura, terutama antara pasien yang tinggal di tempat yang dekat.
"Orang-orang berkomentar: mengapa kita tidak membuka kembali perekonomian lebih cepat?" Kata Wong. "Kita harus mengambil pendekatan yang lebih hati-hati. Masih ada kasus tanpa gejala yang mungkin tidak kami deteksi beredar di masyarakat."
Seperti negara-negara lain yang menerapkan sistem pelacak, Singapura berencana untuk memberikan 5,7 juta penduduknya satu perangkat Bluetooth kecil yang dikenakan pada lanyard atau dibawa dalam tas tangan, untuk melacak interaksi dengan pembawa virus.
Perangkat pertama pelacak virus corona dapat diluncurkan ke kelompok uji coba pada akhir bulan, kata Wong, menambahkan bahwa pemerintah Singapura akan memastikan kerahasiaan data yang dikumpulkan.