TEMPO.CO, London – Direktur lembaga intelijen Inggris atau GCHQ, Jeremy Fleming, mengatakan perbedaan pendapat soal penggunaan teknologi komunikasi 5G dari Huawei, Cina, tidak mengancam kegiatan berbagi informasi diantara sekutu.
Inggris merupakan bagian dari jaringan intelijen Five Eyes, yang juga beranggotakan Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.
Pemerintah Inggris memberikan izin terbatas penggunaan teknologi jaringan 5G buatan Huawei pada Januari 2020.
Keputusan ini bertentangan dengan permintaan pemerintah Amerika Serikat, yang meminta pelarangan penggunaan teknologi Huawei.
AS juga mengancam akan menghentikan proses tukar menukar informasi dengan negara yang menggunakan peralatan komunikasi buatan Huawei.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, juga ditekan sejumlah politikus dari partainya dan Washington untuk menghentikan kerja sama dengan Huawei.
Ada kemungkinan Inggris menghentikan kerja sama dengan Huawei pada 2023.
Soal ini, Fleming mengatakan perbedaan pendapat soal penggunaan teknologi Huawei tidak mengancam kerja sama Five Eyes.
“Five Eyes bukan sebuah organisasi melainkan kemitraan dan persekutuan. Jadi meskipun ada kesepahaman bersama soal prinsip dasar, ada area di mana dari waktu ke waktu pendekatan kami berbeda,” kata Fleming.
Menurut Fleming, ini tidak melemahkan aliansi ini. “Saya pikir ini merupakan kekuatan aliansi ini bahwa saat kami berbeda kita bisa memahami alasannya membuat keputusan berbeda itu. Tapi juga memastikan kita terus melanjutkan kerja sama di area yang lebih luas,” kata Fleming.
Saat ini, hubungan Inggris dan Hong Kong mulai menegang terkait penanganan Hong Kong dan pandemi Covid-19.
“Kami melihat Cina sebagai musuh intelijen. Kami melihat mereka sebagai mitra ekonomi. Kami bekerja sama dengan mereka pada area tertentu. Kami berkompetisi dengan mereka pada area lain,” kata dia.
Selama ini, manajemen Huawei membantah tudingan AS bahwa peralatan komunikasi buatannya memiliki risiko keamanan terutama menyangkut informasi komunikasi.