TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, memutuskan untuk menghentikan penelitian penggunaan Hydroxychloroquine untuk pasien virus Corona (COVID-19). Hal tersebut menyusul hasil penelitian terbaru yang mengkonfirmasi ketakutan para ahli medis bahwa hydroxychloroquine bukannya berpotensi memulihkan kondisi pasien Corona, tetapi memperburuknya.
Meski memutuskan untuk menghentikan penelitian Hydroxychloroquine, WHO tidak menutup kemungkinan penelitian itu dilanjutkan lagi. Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan evaluasi independen tengah dilakukan untuk memeriksa kembali data-data terkait penggunaan Hydroxychloroquine untuk pasien Corona.
"Dewan eksekutif (hanya) menghentikan sementara penelitian Hydroxychloroquine sementara Dewan Pengawasan Keamanan Data tengah memeriksa data yang sudah ada," ujar Ghebreyesus sebagaiaman dikutip dari CNN, Selasa, 26 Mei 2020.
Sebelumnya, berbagai pakar medis sudah mewanti-wanti agar Hydroxychloroquine, yang merupakan obat malaria, untuk tidak digunakan terhadap pasien virus Corona. Sebeb, penelitian awal menunjukkan penggunaan obat tersebut tergolong beresiko. Salah satu yang mungkin terjadi, selain gejala Corona yang memburuk, adalah gagal jantung.
Walau sejumlah pakar medis sudah mewanti-wanti, penelitian Hydroxychloroquine untuk pasien virus Corona tetap digelar. Sebab, ada juga data penelitian yang mengatakan bahwa obat itu, seburuk-buruknya, tidak memberikan dampak apapun terhadap pasien Corona. Alhasil, penelitian penggunaan Hydroxychloroquine untuk mengobati gejala Corona pun digencarkan. Harapannya, jika terbukti bisa dipakai, maka warga akan memiliki alternatif pengobatan hingga vaksin virus Corona selesai dibuat.
Penggunaan Hydroxychloroquine makin kuat ketika pemimpin negara menggunakannya. Salah satunya adalah Presiden Amerika, Donald Trump. Trump mengaku sudah mengkonsumsi Hydroxychloroquine selama beberapa pekan terakhir. Ia mengkonsumsinya setiap hari. Selain Trump, Presiden Brazil Jair Bolsonaro juga mendukung penggunaannya.
"Saya bisa mengatakan bahwa Hydroxychloroquine, secara umum, aman digunakan untuk pasien dengan penyakit auto-immune atau malaria," ujar Ghebreyesus menegaskan.
Menanggapi keputusan WHO, Pemerintahan Bolsonaro memutuskan untuk tidak menghentikan penggunaan Hydroxychloroquine terhadap pasien virus Corona (COVID-19). Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Kementerian Kesehatan Brazil.
"Kami tetap tenang dan tidak akan ada perubahan," ujar keterangan pers Kementerian Kesehatan Brazil.
ISTMAN MP | CNN