TEMPO.CO, Jakarta - Ketika sekelompok laki-laki bersenjata melakukan serangan terror ke rumah sakit Nasional Barchi di Kabul, Afganistan, sekelompok pasien ibu-ibu hamil bersembunyi di sebuah ruangan. Salah satu pasien itu dalam kondisi hendak melahirkan.
Para pemberontak bersenjata itu pada 12 Mei 2020, melepaskan tembakan membabi-buta di rumah sakit itu. Mereka menembaki ibu dan bayi-bayi mereka.
“Ibu yang hendak melahirkan ini merasakan kesakitan yang luar biasa, namun dia berusaha tidak bersuara. Dia bahkan membekap mulut bayinya yang baru lahir agar tangis bayinya berhenti,” kata seorang bidan yang membantu proses persalinan.
Perempuan Afganistan duduk di ambulans setelah diselamatkan oleh pasukan keamanan selama serangan teror di sebuah rumah sakit di Kabul, Afganistan 12 Mei 2020. [REUTERS / Mohammad Ismail]
Serangan teror rumah sakit Afganistan itu menewaskan total 24 orang. Di antara mereka yang tewas adalah bayi yang baru lahir, ibu-ibu dan perawat. Serangan teror penembakan massal ini memancing kemarahan dunia internasional.
Situs ndtv.com mewartakan ketika serangan teror itu terjadi, di ruang persalinan rumah sakit Barchi sedang merawat 26 ibu hamil. Dari total jumlah tersebut, 11 orang terbunuh, dimana tiga orang tewas ditembak di sebuah ruang persalinan bersama bayi-bayi mereka yang baru lahir. Lima orang mengalami luka-luka.
Sisa 10 pasien lainnya berada di ‘ruang aman’, yang biasa dibangun masyarakat Afganistan yang sering kali dilapisi baja untuk melindungi penghuninya dari tembakan atau roket. Seorang bidan yang membantu persalinan menceritakan dia segera membawa seorang pasien ke ruang aman itu Ketika sirine tanda bahaya berbunyi.
Bidan itu dan beberapa pasien ibu hamil bersembunyi di dalamnya. Mereka bisa dengan jelas mendengar letusan tembakan ketika para pemberontak masuk ke rumah sakit itu dan menyerang ruangan demi ruangan di rumah sakit tersebut. Di tengah serangan yang hampir berlangsung selama satu jam tersebut, seorang pasien ibu hamil ingin melahirkan.
“Kami membantunya dengan tangan telanjang. Kami tak punya apa pun di ruangan itu kecuali beberapa lembar tisu toilet dan jilbab-jilbab kami. Ketika bayinya lahir, kami memotong tali pusarnya dengan tangan kami. Kami menggunakan jilbab kami untuk membungkus bayi dan ibunya,” kata bidan itu, yang tidak mau dipublikasi namanya.
Belum ada kelompok yang mengklaim serangan tembakan massal di rumah sakit itu. Namun Amerika Serikat menyalahkan kelompok radikal Islamic State (ISIS).