TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan perbatasan Iran diduga terlibat dalam kematian 45 pekerja migran dari Afganistan yang mencoba masuk ke Iran pada bulan ini. Pasukan perbatasan diduga mendorong dengan senjata para pekerja migran masuk dalam sebuah dalam sebuah area berbahaya.
Sumber di Pemerintah Afganistan dan mereka yang selamat dari kejadian menyebut insiden ini terjadi pada 1 Mei 2020
Dua anggota parlemen Afganistan meminta agar dilakukan investigasi atas kematian para pekerja migran tersebut. Kejadian ini juga telah mendorong krisis diplomatik kedua negara yang saling bertetangga itu, yang memiliki hubungan dagang, ekonomi dan budaya. Iran menyangkal kejadian yang disebutkan itu benar terjadi.
Situs reuters.com mewartakan otoritas Afganistan pada Selasa, 5 Mei 2020, mengatakan mereka telah menemukan 12 jasad dalam dua hari terakhir dari sungai Harirud sehingga total jenazah yang sudah ditemukan menjadi 17 orang.
Habiburrahman Pidram anggota parlemen dari wilayah barat Provinsi Herat, yang berbicara dengan mereka yang selamat, mengatakan sekelompok pekerja migran sebanyak 57 orang dari Afgansitan mencoba masuk Iran dari wilayah Herat. Namun mereka ditahan oleh pasukan perbatasan Iran.
“Para pekerja migran ini ditahan oleh pasukan perbatasan Iran. Setelah 24 jam, mereka dibawa ke sungai Harirud, dipukuli dan diperintahkan untuk menceburkan diri sebagai jalan pulang ke Afganistan,” kata Pidram.
Mereka yang tidak bisa berenang terpaksa menceburkan diri ke dalam sungai yang dalam dan beraliran deras ke arah gunung. Sedangkan yang lainnya dipukuli dan diancam akan ditembak sebelum mereka melompat ke sungai atau didorong ke sungai.
Pidram menjelaskan dari total 57 pekerja migran warga Afganistan yang dipaksa menceburkan diri ke sungai, hanya 12 orang yang berhasil selamat. Itu artinya, 45 orang lainnya diperkirakan sudah meninggal. Pada 2 Mei 2020, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengatakan pihaknya menerbitkan sebuah pernyataan yang menyebut insiden itu menjadi pertanyaan karena terjadi di wilayah Afganistan.