TEMPO.CO, Jakarta - Pada Rabu Presiden Turki Tayyip Erdogan menuduh pasukan keamanan Yunani berperilaku seperti Nazi karena menggunakan kekuatan terhadap migran yang mencoba menyeberangi perbatasan dari Turki ke Uni Eropa.
Puluhan ribu migran telah berusaha masuk ke Yunani sejak Turki mengatakan pada 28 Februari bahwa mereka tidak akan lagi menahan migran di wilayahnya sebagai bagian dari kesepakatan 2016 dengan Brussels, yang dicapai dengan imbalan bantuan Eropa untuk para pengungsi.
Pasukan keamanan Yunani telah menggunakan gas air mata dan meriam air untuk menghentikan para migran. Athena telah menangguhkan permohonan suaka selama sebulan dan mengatakan telah mencegah lebih dari 42.000 migran memasuki UE secara ilegal selama dua minggu terakhir.
Pemandangan fasilitas militer di luar desa Poros, di wilayah Evros, di sebelah perbatasan Yunani dengan Turki, 11 Maret 2020. [REUTERS / Florion Goga]
Dikutip dari Reuters, 12 Maret 2020, Erdogan menunjukkan kepada anggota parlemen rekaman video Partai AK-nya tentang adegan di perbatasan Yunani.
"Tidak ada perbedaan antara gambar-gambar di perbatasan Yunani dan apa yang dilakukan Nazi," katanya.
"Menembaki orang-orang tak berdosa, mengekspos mereka ke semua jenis perlakuan tidak manusiawi...(Itu) adalah barbarisme dalam arti penuh kata," katanya, mengulangi seruannya pada Yunani untuk membiarkan para migran melintasi wilayahnya.
"Mengapa kalian sangat menghalangi mereka dan melakukan penyiksaan Nazi pada mereka?" lanjut Erdogan.
Turki sebelumnya menuduh pasukan keamanan Yunani menembak mati empat migran, sebuah klaim yang ditolak oleh Athena sebagai "berita palsu". Yunani mengatakan memiliki tugas untuk melindungi perbatasan Uni Eropa.
Pemerintah Yunani pada Rabu juga membantah laporan di surat kabar The New York Times bahwa Yunani menahan migran ilegal yang melintasi perbatasan dari Turki di "situs hitam" rahasia di mana mereka tidak diberi akses ke pengacara dan tidak dapat mengajukan klaim suaka.