TEMPO Interaktif, Islamabad
Menyusul mundurnya Presiden Pervez Musharraf, spekulasi kini mengarah pada siapa calon kuat presiden baru Pakistan. Sesuai konstitusi negara itu, presiden baru harus dipilih dalam 30 hari sejak presiden lama tidak menjabat lagi.
Kini, Pakistan dipimpin oleh koalisi dua partai mayoritas di parlemen, yaitu Liga Muslim Pakistan - N (PLM-N) yang dipimpin oleh Nawaz Sharif, dan Partai Rakyat Pakistan -- dulu partainya Benazir Bhutto -- yang dipimpin oleh Asif Ali Zardari, suami mendiang Bhutto.
Dua orang itulah yang sekarang memiliki peluang terbesar menggantikan Musharraf. Namun pihak Gedung Putih Amerika memperkirakan, Pakistan akan memilih Zardari. Repotnya, bila Zardari terpilih, penolakan akan datang dari kubu Sharif.
Siapa pun yang terpilih sebagai presiden baru, tugasnya pasti tidak ringan. Pakistan adalah negeri yang rawan konflik politik dan kesukuan. Negeri ini berbatasan dengan Afganistan, sarang kelompok Taliban yang berkali-kali menjadi sasaran penyerangan oleh kelompok Sekutu di bawah komando Amerika. Berpenduduk 160 juta, Pakistan adalah salah satu negara pemilik senjata pemusnah nuklir di Asia. Ini sebabnya, Amerika sangat berkepentingan memperhatikan siapa yang bakal memimpin negeri ini.
DP/AFP/Tempo Newsroom