TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat meminta agar pelantikan Presiden Afganistan Ashraf Ghani ditunda karena khawatir perselisihan pemilu membahayakan negosiasi damai dengan Taliban.
Ghani mengklaim kemenangan pekan lalu dalam sengketa pemilu 28 September dan berencana untuk mengambil sumpah jabatan pada hari Kamis, kata seorang pejabat Afghanistan.
Lawannya, Abdullah Abdullah, mantan wakil Ghani, juga menyatakan dirinya sebagai pemenang dan merencanakan pelantikan terpisah.
Klaim kemenangan yang tidak diakui oleh Washington, mengancam proses perdamaian dengan Taliban yang dipimpin AS dan berisiko menggagalkan rencana penarikan pasukan AS, menurut dua sumber yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan pada hari Senin, dikutip dari Reuters, 25 Februari 2020.
Perjanjian AS-Taliban akan diikuti oleh pembicaraan antar-Afganistan tentang penyelesaian politik untuk mengakhiri perang selama beberapa dekade.
Namun, perselisihan Ghani-Abdullah memperumit penunjukkan delegasi untuk bernegosiasi dengan Taliban.
Sebuah sumber yang enggan diungkap identitasnya mengatakan bahwa karena kekhawatiran itu, Perwakilan Khusus AS Zalmay Khalilzad, yang telah berada di Kabul sejak pekan lalu, ingin Ghani menunda pelantikan rencananya untuk masa jabatan lima tahun kedua.
Departemen Luar Negeri AS dan Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar. Kedutaan Besar Afganistan di Washington menolak berkomentar.
Trump memberikan makanan kepada pasukan di Afganistan selama kunjungan ke Kabul, 28 November 2019.[Erin Schaff / The New York Times]
Presiden Donald Trump telah lama ingin memulangkan sekitar 13.000 prsonel AS dari Afganistan. Perjanjian dengan Taliban untuk mengakhiri perang terpanjang Amerika dapat meningkatkan prospek pemilihan ulang Trump.
Seorang mantan pejabat senior Afganistan mengatakan Khalilzad, seorang diplomat veteran AS kelahiran Afganistan, mendesak Ghani untuk menunda upacara dan berusaha membujuk Abdullah untuk melakukan hal yang sama untuk menjaga proses perdamaian.
Mantan pejabat senior Afganistan mengatakan jika delegasi "inklusif" dipilih untuk berbicara dengan Taliban, permusuhan Ghani-Abdullah dapat merusak proses negosiasi.
Sekutu-sekutu AS juga khawatir perselisihan dapat menghambat proses perdamaian, Perwakilan sipil NATO untuk Kabul menyerukan pada Senin agar semua pemimpin politik Afganistan tenang.
Menulis di Twitter, Nicholas Kay mendesak semua pihak untuk memprioritaskan proses perdamaian dan persatuan nasional.
Proses penghitungan suara pemilihan presiden 28 September diwarnai tuduhan kecurangan, dengan masalah teknis dengan perangkat biometrik yang digunakan untuk memilih dan penyimpangan lainnya.
Komisi Pemilihan Independen mengatakan pada 18 Februari bahwa Ghani telah memenangkan 50,64 persen suara, sementara Abdullah meraup 39,52 persen.
Abdullah menolak hasilnya, dan mengatakan akan menunjuk kabinetnya sendiri. Akhir pekan lalu, ia menunjuk loyalis sebagai gubernur di dua provinsi.
Pasukan AS menyerbu Afganistan pada tahun 2001 untuk menggulingkan penguasa Taliban yang menyediakan tempat perlindungan al Qaeda yang merencanakan serangan 11 September 2001.
Pasukan AS yang ditempatkan di Afganistan adalah bagian dari misi NATO yang dipimpin AS untuk melatih dan membantu pasukan Afganistan menghadapi Al-Qaeda dan Taliban.