TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan warga New Delhi, India kemarin menggelar unjuk rasa menentang Undang-Undang Kewarganegaraan baru yang memberlakukan naturalisasi jalur cepat bagi warga asing non-Muslim. Unjuk rasa kemudian berubah menjadi kerusuhan beberapa jam sebelum kunjungan perdana Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuju kota Ahmedabad.
Akibat bentrokan tersebut, tujuh orang tewas termasuk satu aparat polis dan 50 orang lainnya luka-luka.
Petugas kepolisian berusaha membubarkan demo diwarnai bentrokan dengan menggunakan gas air mata dan granat asap ketika kedua belah pihak saling melempar batu.
Kejadian itu berlokasi sekitar 11 kilometer dari tempat pertemuan inti Trump dengan Perdana Menteri India Narendra Modi di Gujarat pada hari Selasa, 25 Februari.
Salah satu aparat polisi yang tak ingin disebut namanya mengatakan kepada Reuters, seorang polisi tewas akibat insiden ini dan enam orang lainnya, sementara 50 orang yang terluka dalam bentrokan kini dirawat di Rumah Sakit GTB Delhi.
Wartawan Reuters melihat beberapa kendaraan dibakar, barikade logam dirobohkan dan asap tebal mengepul ketika para pendukung Undang-Undang baru itu bentrok dengan pihak lawan.
Ibukota India telah menjadi sarang protes terhadap hukum yang memudahkan non-Muslim dari tiga negara tetangga yang mendominasi untuk mendapatkan kewarganegaraan India.
Hal ini menimbulkan tuduhan bahwa Modi dan nasionalis Hindu-nya, Partai Bharatiya Janata (BJP) telah merusak tradisi sekuler India.
Bentrokan Senin kemarin adalah yang terburuk di New Delhi sejak unjuk rasa terhadap Undang-undang Amendemen Kewarganegaraan pada awal Desember tahun lalu.
Di Gujarat, Trump mengatakan pada pertemuan yang dihadiri lebih dari 100 ribu orang: "India adalah negara yang dengan bangga merangkul kebebasan, hak asasi manusia, peraturan hukum, dan martabat manusia".
SAFIRA ANDINI | REUTERS | ABCNEWS