TEMPO.CO, Karachi - Otoritas Pakistan sedang menginvestigasi kasus tewasnya 14 orang akibat gas beracun, yang juga menyebabkan ratusan orang sakit di Pakistan selatan sejak Ahad, 16 Februari 2020.
Pejabat kesehatan Provinsi Sindh, Zafar Mehdi, mengatakan ada 500 orang terdampak gas selain korban tewas di Karachi itu. Sebagian korban masih dirawat di rumah sakit.
Dia mengatakan petugas medis telah melakukan otopsi terhadap para korban tewas dan hasilnya akan diketahui dalam 72 jam.
Menurut testimoni warga, Sundus Rasheed, yang tinggal di kawasan tepi pantai Kemari, Karachi, warga sempat panik akibat kejadian ini.
“Sekitar pukul sepuluh Ahad kemarin, kami dapat telepon ada semacam kebocoran gas dan sejumlah orang meninggal. Sejumlah ambulance datang ke lokasi,” kata dia seperti dilansir CNN pada Selasa, 18 Februari 2020.
Menurut Rasheed, dia merasakan perih di mata akibat kebocoran gas itu saat membuka jendela mobilnya.
“Jendela mobil kami terbuka tapi mata kami terasa perih dan seperti terbakar. Jelas ada yang salah. Kami telah evakuasi rumah kami,” kata Rasheed.
Sejumlah warga berdemonstrasi sambil mengenakan masker wajah memprotes kejadian ini dan menuntut pejabat pemerintah untuk menjelaskan penyebab kebocoran gas itu.
Komisaris Pelabuhan Karachi, Jameel Akhtar mengatakan petugas masih mencari penyebab kebakaran itu.
“Semua terminal telah dicek termasuk terminal swasta, tempat penampungan minyak juga. Tidak ada kebocoran gas atau bahan kimia. Jika ada kebocoran di sana tentu orang yang bekerja di lokasi bakal terkena dampaknya,” kata dia.
Menurut Menteri Urusan Kelautan, Ali Zaidi, kebocoran gas terjadi di darat.
“Gas bocor darat dekat pasar Jackson, yang terletak di belakang pemukiman warga,” kata Ali Zaidi kepada media massa seperti dilansir Pakistan Today.
Menurut dia, petugas Pakistan masih terus menginvestigasi penyebab kebocoran gas ini. “Warga mengalami gangguan pernapasan akibat kebocoran gas itu,” kata dia.