TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah perayaan ulang tahun berubah menjadi mimpi buruk, ketika seorang terdakwa pembunuhan di India, Subhash Batham, melakukan penyanderaan pada selusin anak-anak.
Dalam aksi penyanderaan ini, dia adu argumentasi dengan aparat kepolisian, Batham bahkan melepaskan tembakan ke beberapa petugas dan melemparkan bom molotof pada mereka yang berdiri di sekitar area penyanderaan.
Batham adalah seorang terdakwa kasus pembunuhan yang dibebaskan dengan jaminan di sebuah desa di Uttar Pradesh, India. Pada Kamis sore, 30 Januari 2020, dia menjamu lebih dari 20 anak-anak setempat - berusia antara 6 bulan dan 15 tahun untuk merayakan ulang tahun putrinya. Namun yang terjadi, anak-anak itu tidak kunjung pulang ke rumah hingga orang tua mereka datang mencari.
"Ketika para orang tua menggedor pintu, Batham mulai membentak mereka dan melepaskan tembakan," kata Kepala Kepolisan Daerah, Tribhuwan Singh.
One of the first minors to be rescued from the hostage situation in #farrukhabad.
— Akash Goyal (@Real__Akash) January 30, 2020
Operations on going. NSG support has been sought
pic.twitter.com/pKa3BogzTn
Aksi penyanderaan itu berlangsung hingga larut malam, di mana anak-anak ditahan di ruang bawah tanah rumah Batham. Dua orang di area penculikan menderita luka setelah Batham melempari mereka dengan batu. Batham juga melemparkan "bom mentah" kepada mereka yang berkumpul di luar rumah, meskipun tidak jelas apakah bom itu meledak.
Penduduk setempat mengatakan kepada Times of India bahwa Batham tampaknya sangat mabuk. Sedangkan kepolisian menyebutnya sakit jiwa.
Pada satu titik kebuntuan, Batham mengajukan sejumlah tuntutan untuk pembebasan anak-anak, yaitu meminta untuk berbicara dengan pejabat politikus Partai BJP setempat. Dia mengaku ingin menyampaikan uneg-uneg tentang kondisi kehidupannya dan keuntungan yang diperoleh pemerintah, tetapi ketika anggota parlemen itu tiba, Batham malah melepaskan tembakan hingga membuatnya ketakutan.
Dibutuhkan tim komando anti-terorisme dan beberapa petugas kepolisian dalam mengatasi kebuntuan selama 9 jam untuk akhirnya berakhir dalam serangan gaya SWAT yang membuat Batham ditembak mati. Tidak ada orang lain yang terluka dalam operasi itu dan semua anak-anak yang disandera, serta istri Batham, dievakuasi ke tempat yang aman. Tembolok senjata dan amunisi yang cukup besar dilaporkan ditemukan di dalam rumah Batham.
Namun, setelah anak-anak yang disandera dibebaskan, istri Batham malah dikeroyok habis-habisan oleh penduduk desa dan orang tua dari anak-anak yang disandera. Beberapa orang bahkan ada yang menggunakan batu. Dia meninggal di rumah sakit karena luka yang dideritanya beberapa jam setelah pengeroyokan.
Foto dan video operasi penyelamatan atas peristiwa ini beredar di media sosial pada Kamis malam, 30 Januari 2020, setelah krisis penyanderaan berkepanjangan. Selain kasus pembunuhan, Batham, 38 tahun, juga diduga terlibat dalam empat kasus kriminal lainnya, salah satunya perampokan bersenjata.
Galuh Kurnia Ramadhani | rt.com