TEMPO.CO, Kuala Lumpur – Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengatakan negaranya, Iran, Turki, dan Qatar mempertimbangkan menggunakan emas dan sistem barter untuk memfasilitasi perdagangan di antara mereka.
Sistem ini dinilai lebih baik untuk mengantisipasi jika terjadi sanksi ekonomi mengenai salah satu negara di masa depan.
Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengatakan ini pada akhir konferensi Islam di Kuala Lumpur. Dia memuji Iran dan Qatar karena menghadapi embargo ekonomi.
Menurut Mahathir, negara Muslim perlu saling membantu untuk menghadapi ancaman di masa depan.
“Dengan dunia menyaksikan negara-negara membuat keputusan sepihak untuk mengenakan sanksi yang menghukum, Malaysia dan negara-negara lain harus selalu ingat itu juga bisa menimpa mereka,” kata Mahathir seperti dilansir Reuters pada Sabtu, 21 Desember 2019.
Pernyataan ini mengacu kepada pengalaman Qatar yang terisolasi dari negara-negara di Teluk. Ini terjadi setelah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutus hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar pada 2016.
Negara-negara Teluk itu menuding Qatar mendukung tindakan terorisme. Doha membantah tudingan itu.
Sedangkan Iran juga mengalami embargo ekonomi setelah AS memutuskan keluar dari Perjanjian Nuklir 2015.
“Saya menyarankan kita mengkaji kembali ide perdagangan menggunakan mata uang dinar dan sistem barter diantara kita,” kata Mahathir mengacu kepada sistem perdagangan koin emas pada pasa Islam di abad pertengahan.
“Kami sangat serius melihat isu ini dan berharap akan mampu mencari mekanisme untuk membuatnya bekerja,” kata dia.
Para pemimpin Islam yang hadir dalam pertemuan di Kuala Lumpur ini juga menyatakan mereka perlu melakukan lebih banyak bisnis dan perdagangan di antara mereka. Mereka juga ingin bisa saling berjualan menggunakan mata uang masing-masing.
Konferensi ini tidak diikuti Arab Saudi, yang menyebutnya bisa melemahkan Organisasi Kerja Sama Islam atau OIC, yang berbasis di Saudi.
OIC mewakili 57 negara dengan mayoritas Muslim. Sedangkan Malaysia mengatakan semua negara OIC diundang dalam konferensi ini. Ada sekitar 20 negara yang mengirim perwakilan.
Konferensi ini berlangsung selama empat hari dan tidak mengeluarkan pernyataan bersama. Sejumlah isu yang dibahas adalah Palestina, Kashmir, dan Rohingya serta Uighur di Cina.
Mahathir juga menyebut ada keprihatinan warga Muslim di negara berpenduduk mayoritas non-Muslim terpaksa melakukan asimilasi.
“Kami mendukung integrasi tapi asimilasi hingga meninggalkan agama tidak bisa diterima,” kata Mahathir.
Mahathir juga menyoroti isu Uighur di Cina. “Kita harus dengar penjelasan negara, kita harus dengar penjelasan rakyat yang mengeluh sehingga adil,” kata dia.
Channel News Asia melansir Mahathir meminta negara-negara dengan populasi Muslim agar menentang intervensi yang dilakukan negara lain terhadap urusan domestiknya.
“Semua kekuatan besar ingin mempengaruhi apa yang terjadi di negara kita. Kita harus melawannya. Jika kita ingin melawannya, kita harus kuat dan independen,” kata Mahathir.