TEMPO.CO, Santiago -- Mata uang Cile anjlok menjadi 800 peso per dolar Amerika atau turun lebih dari sepuluh persen dari pertengahan Oktober 2019.
Kondisi ini diperburuk oleh pernyataan mogok nasional para aparat sipil negara dan pekerja tambang di Cile. Alasannya, pekerja merasa tidak puas dengan keputusan pemerintah untuk menulis ulang konstitusi.
Demonstrasi di Cile kerap berubah menjadi rusuh dengan pembakaran dan penjarahan. Sebanyak 23 orang dinyatakan tewas dan 2.000 orang lainnya di rawat di rumah sakit.
Kelompok HAM menyebut ada sekitar seribu pengaduan pelanggaran HAM oleh aparat selama demonstrasi berlangsung.
“Ribuan orang termasuk anggota serikat pekerja berdemonstrasi di berbagai kota Cile pada Selasa,” begitu dilansir Reuters pada Selasa, 12 November 2019.
Gubernur Bank Sentral AS, Mario Marcel, mendesak warga bersikap tenang pada Senin karena nilai tukar peso terancam ambruk. Dia beralasan situasi fiskal Cile tetap solid.
Di sejumlah kota, para pengemudi truk dan pemrotes membangun barikade di dua jalan raya utama yang menghubungkan ibu kota Santiago dengan kota dan pelabuhan.
“Ini mengakibatkan terjadinya kemacetan parah di sejumlah jalan arteri,” begitu dilansir Reuters.
Penutupan jalan ini mengakibatkan Kongres di Valparaiso tutup. Mayoritas perusahaan tambang tembaga di Cile mengatakan masih beroperasi pada Selasa walaupun terjadi penundaan.
Hingga kini, produksi tambang tembaga terbesar di dunia masih terus berjalan.
Secara terpisah, Rektor Universitas Cile, Ennio Vivaldi, mengatakan manajemen kampus akan mengajukan pengaduan resmi ke polisi karena seorang mahasiswa urusan drama ditembak pada bagian wajah oleh polisi pada Senin malam.
Vivaldi menuding polisi melakukan tindak kekerasan berlebihan terhadap demonstrasi damai meski telah gagal mencegah vandalisme dan penjarahan.
“Tidak boleh ada lagi serangan peluru terhadap seorang pemuda di wajah dari jarak dua meter. Ini harus berhenti,” kata Vivaldi dari Cile.
Secara terpisah, Aljazeera melansir mogok nasional di Cile diikuti oleh serikat pekerja pelabuhan, pertambangan, konstruksi, edukasi, pegawai pemerintah dan sekitar pekerja lainnya.
Masyarakat mengultimatum Presiden Pinera untuk menjawab tuntutan warga mengenai kesejahteraan dalam lima hari atau menghadapi mogok massal secara nasional. Pinera belum merespon. Serikat pekerja mendesak perbaikan gaji, pensiun, dan hak berorganisasi. Mereka juga mendesak konsitusi baru melibatkan masyarakat secara luas. “Kami belum pernah memiliki konstitusi yagn melibatkan partisipasi publik,” kata Pamela Pasache, seorang pengurus serikat pekerja di Cile.