TEMPO.CO, Baghdad – Bentrokan terjadi lagi antara pasukan keamanan Irak dengan massa anti-pemerintah pada Jumat, 8 November 2019.
Insiden ini menewaskan setidaknya tiga orang di tengah seruan tokoh agama agar semua pihak menurunkan suhu ketegangan politik.
Imam besar Ayatullah Ali al-Sistani mengatakan politik Irak sedang mengalami krisis. Dia menuding petugas keamanan sebagai penyebab terjadinya kerusuhan massal di berbagai lokasi.
Polisi dan paramiliter berulang kali memprovokasi massa dengan menembakkan peluru tajam ke arah aksi demonstrasi damai, yang menggelar aksi di berbagai lokasi, sehingga jatuh korban jiwa.
Sistani juga mendesak pemerintah Irak aga segera memenuhi tuntutan demonstran, yang mengeluhkan krisis ekonomi dan naiknya harga-harga kebutuhan pokok.
“Tanggung jawab terbesar ada di pasukan keamanan,” kata seorang perwakilan Sistani dalam pidato seusai salat Jumat di kota suci warga Syiah di Karbala, seperti dilansir Reuters pada Jumat, 8 November 2019.
Utusan Sistani ini melanjutkan,”Mereka (pasukan keamanan) harus menghindari penggunaan tindak kekerasan berlebihan terhadap terhadap demonstrasi damai.”
Soal ini, sebagian pengunjuk rasa menilai pernyataan Sistani ini masih kurang membantu warga masyarakat.
“Dia bilang mendukung aksi massa dan kami harus terus melakukan aksi. Tapi dia belum turun tangan membantu. Pidatonya tidak akan berdampak banyak,” kata seorang pemrotes perempuan di Baghdad, yang putranya tewas dalam aksi unjuk rasa baru-baru ini.
“Saya adalah ibu dari seorang mahasiswa, yang nyawanya mereka ambil,” kata perempuan yang mengaku bernama Umm al-Shaheed, yang berarti ibu dari seorang martir syahid.
Demonstrasi di Irak telah menelan korban jiwa ratusan orang, yang tewas ditembak petugas keamanan. Warga berdemonstrasi menuntut perbaikan ekonomi dan perubahan sistem politik yang dikuasai kelompok korup berkuasa.