TEMPO.CO, Jakarta - Whistleblower mengungkapkan penasihat Gedung Putih Jared Kushner memberi izin kepada Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, untuk menangkap Jamal Khashoggi sebelum dia dibunuh di Konsulat Saudi di Turki.
Pengungkapan ini dilaporkan pertama kali oleh majalah The Spectator dalam artikel Seven Whistleblower, 3 November 2019, yang mengutip whistleblower bahwa intelijen Turki menyadap panggilan telepon mereka, dan Presiden Recep Tayyip Erdogan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk memaksa Presiden Trump memindahkan pasukannya dari Suriah utara.
Dikutip dari Daily Mail, 4 November 2019, laporan tersebut mengklaim bahwa penyelidik di Komite Intelijen DPR AS yang dipimpin Demokrat menyadari tuduhan ini dan berencana untuk menggali lebih jauh ke dalamnya sambil mengejar penyelidikan pemakzulan atas transaksi Trump dengan Ukraina.
Laporan yang ditulis Cockburn dari Spectator juga mengklaim bahwa jumlah whistleblower intelijen yang bersedia memberikan bukti kepada komite pemakzulan berjumlah tujuh orang.
Dikutip dari The Spectator, sumber Cockburn mengatakan adanya panggilan telepom antara Trump dan penguasa Saudi, Mohammed bin Salman. Secara khusus, whistleblower dikatakan memiliki kekhawatiran tentang apa yang dibicarakan penasihat presiden Trump, Jared Kushner. Kushner sendiri dikenal memiliki hubungan yang sangat dekat dengan MBS.
Menurut sumber Cockburn bahwa Kushner diduga memberikan lampu hijau kepada MBS untuk menangkap jurnalis pembangkang, Jamal Khashoggi, yang kemudian dibunuh dan mutilasi di Konsulat Saudi di Istanbul. Sumber kedua mengkonfirmasi informasi ini. Sumber ini mengklaim bahwa intelijen Turki memperoleh informasi dari panggilan telepon antara Kushner dan MBS.
Kemudian Presiden Erdogan menggunakannya untuk membuat Trump menarik pasukan Amerika keluar dari Suriah utara sebelum invasi Turki. Cockburn mendapat informasi bahwa penyelidik untuk Komite Intelijen DPR mengetahui seluruh cerita ini dan identitas beberapa orang yang menceritakannya. Namun sejauh ini belum diverifikasi apakah informasi ini benar atau tidak.
Jamal Khashoggi adalah kolumnis Washington Post yang pada satu titik dianggap dekat dengan keluarga kerajaan Saudi yang berkuasa, tetapi kemudian menjadi kecewa oleh kebijakan Mohammed bin Salman.
Pada Oktober 2018, Khashoggi mengunjungi Konsulat Saudi di Istanbul untuk mengurus dokumen sebelum menikah dengan tunangannay warga Turki, Hatice Cengiz. Setelah memasuki konsulat, Jamal Khashoggi tidak pernah muncul lagi.
Pemerintah Turki mengatakan memiliki bukti bahwa Khashoggi terbunuh dan tubuhnya dimutilasi.
CIA dan pemerintah Barat lainnya percaya bahwa Mohammed bin Salman memerintahkan pembunuhan Khashoggi.
Presiden Donald Trump bersama dengan Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman di Gedung Putih, Washington, 20 Maret 2018. REUTERS/Jonathan Ernst/File Photo
Dalam wawancara baru-baru ini dengan media AS, Mohammed bin Salman mengatakan dia memikul tanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi. "Karena itu terjadi di bawah pengawasan saya," katanya. Namun dia membantah memerintahkan pembunuhan itu.
"Itu terjadi di bawah pengawasan saya," katanya kepada PBS. "Saya mendapatkan semua tanggung jawab, karena itu terjadi di bawah pengawasan saya."
Sebelumnya, pernyataan resmi Arab Saudi menyalahkan pembunuhan Jamal Khashoggi kepada para agen jahat yang bertindak di luar kewenangan otoritas Saudi.
Pembunuhan Jamal Khashoggi telah merusak reputasi pangeran berusia 33 tahun itu dan ada desas-desus tentang keretakan yang berkembang antara dia dan ayahnya, Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud.
Jared Kushner, yang merupakan penasihat senior Gedung Putih yang mengurus hubungan diplomatik dengan Arab Saudi, telah membela MBS.
Hubungan Jared Kushner dengan Mohammed bin Salman telah di bawah pengawasan setelah diketahui bahwa keduanya berkomunikasi melalui pesan teks di WhatsApp, karena menurut Undang-Undang Catatan Kepresidenan atau Presidential Records Act, melarang pejabat senior Gedung Putih menggunakan akun email atau pesan tidak resmi untuk urusan pemerintah.