TEMPO.CO, Beirut – Warga Lebanon merayakan mundurnya Perdana Menteri Saad Hariri di tengah demonstrasi besar-besaran, yang dipicu isu kriris ekonomi dan korupsi.
Namun, mayoritas warga merasa itu baru langkah awal untuk memperbaiki Lebanon, yang utangnya terus bertambah.
“Itu merupakan langkah awal tapi kami masih terus berada di jalan,” kata Pierre Mozannar, 23 tahun, yang merupakan seorang pembuat film, kepada Aljazeera di Beirut pusat, seperti dilansir pada Rabu, 30 Oktober 2019.
Mouzannar mengatakan Hariri merupakan bagian dari masalah namun itu belum semuanya. “Saya pikir tidak seorangpun mengatakan kami telah selesai,” kata dia.
Seperti dilansir Reuters, warga Lebanon menggelar unjuk rasa besar-besaran selama dua pekan terakhir menuntut perbaikan kondisi ekonomi.
Ini terjadi setelah bentrokan antara pendukung kelompok Hizbullah dan Partai Gerakan Amal terjadi di jalanan.
Ratusan pria mengenakan pakaian hitam memukuli demonstran dan menghancurkan tenda pemrotes di Beirut pusat. Ini terjadi sehari sebelum pengumuman pengunduran diri Hariri di televisi.
“Hariri bukan orang yang mengirim orang-orang untuk memukuli pemrotes di jalan dan menghancurkan benda milik kami. Orang-orang itu masih ada di parlemen dan kami harus menyelesaikan apa yang sudah dimulai,” kata Mouzannar.
Di lokasi lain, Saba, 21 tahun, yang berprofesi sebagai panitia acara, mengatakan,”Dia harusnya mundur lebih cepat. Tapi lebih baik dari pada tidak. Kami dapat apa yang kami inginkan,” kata Saba, yang sedang mengecat bendera Lebanon di wajah orang yang lewat.
Saat malam mulai tiba, ratusan warga di Riad al-Solh, berdiri bersama menyanyikan lagu kebangsaan. Mereka saling berpelukan dan sebagiannya menangis.
“Ini muingkin pencapaian paling besar dari generasi saya. Memenangkan pertarungan ini melawan politikus kami,” kata Nabil, 30 tahun, seorang insinyur di Lebanon.