TEMPO.CO, Ras al Ain – Penarikan pasukan Kurdi dari perbatasan Suriah utara dengan Turki menjadi kemenangan bagi Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Erdogan selama ini mengupayakan zona aman sepanjang 30 kilometer dari perbatasan kedua negara bersih dari aktivitas milisi Kurdi.
Dia juga mengatakan akan menggunakan zona aman ini sebagai tempat tinggal bagi 2-3 juta pengungsi Suriah di Turki.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan jika pasukan Kurdi tidak mundur maka polisi militer Rusia dan pasukan Suriah bakal mundur.
“Dan sisa pasukan Kurdi akan berhadapan langsung dengan pasukan Turki,” kata Peskov seperti dilansir Reuters pada Rabu, 24 Oktober 2019.
Soal ini, Presiden AS, Donald Trump mengatakan komandan milisi Kurdi Mazloum Abdi mengatakan berterima kasih atas upaya AS menghadang serangan brutal pasukan Turki. Gencatan senjata di sana juga disebut permanen dari awalnya hanya lima hari.
Dalam pidato di Gedung Putih, Trump juga mengatakan menyerahkan kekuasaan di Suriah utara kepada Rusia dan Turki sebagai pemenuhan janji kampanye menarik AS keluar dari perang berkepanjangan di negara lain.
Pasukan Rusia dan Turki, seperti dilansir Reuters, bakal menggelar patroli sejauh 10 kilometer di Suriah timur laut, yang sebelumnya dikuasai pasukan AS dan milisi Kurdi.
Menurut Peskov,”Sekarang mereka (Amerika) memilih meninggalkan Kurdi di perbatasan dan nyaris memaksa mereka bertempur melawan pasukan Turki.”
Milisi Syrian Democratic Forces dari Kurdi merupakan sekutu AS dalam perang melawan kelompok teroris ISIS di Suriah.
Komandan SDF, Mazloum Abdi, mengatakan Trump menjanjikan dukungan jangka panjang bagi pasukan Kurdi.
Abdi juga menelpon Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, dan menyatakan dukungan masuknya pasukan polisi militer Rusia dan Suriah di perbatasan utara Suriah.