TEMPO.CO, Jakarta - Operasi militer Turki telah menembaki penjara yang dihuni para milisi ISIS dari sekitar 60 negara di Suriah.
Menurut aparat berwenang Kurdi Suriah, pasukan Turki menembaki penjara Chirkin di kota Qamishli kemarin, 9 Oktober 2019 untuk membantu para tahanan ISIS melarikan diri.
"Serangan ke penjara yang memenjarakan teroris ISIS akan mengarah pada bencana sebagai konsekwensi di mana dunia tidak akan mampu mengatasinya nanti," kata aparat berwenang Kurdi dalam pernyataannya sebagaimana dilaporkan Reuters, 10 Oktober 2019.
Menurut laporan CNN, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan sejumlah narapidana ISIS yang laing berbahaya telah dipindahkan di area yang aman.
Namun ancaman berikutnya adalah ribuan napi yang dipenjarakan di Suriah akan melarikan diri dipicu operasi militer Turki.
"Mereka akan lari ke Eropa," kata Trump.
Sejumlah pejabat tinggi AS telah lama memberi peringatan tentang kerentanan dari penjara yang dihuni sekitar 12 ribu milisi ISIS. Sekitar 2 ribu di antaranya merupakan warga asing, bukan dari Suriah atau Arab Saudi. Dan hanya beberapa ratus narapidana berasal dari Eropa.
Menurut Trump, Turki memberikan perhatian yang rendah terhadap masalah tahanan milisi ISIS.
Pasukan Demokrasi Suriah atau SDF dikabarkan telah meninggalkan pos mereka menjaga penjara-penjara yang dihuni sekitar 11 ribu milisi ISIS.
SDF melaporkan lewat akun Twitter bahwa satu penjara tempat milisi ISIS ditahan telah diserangkan pasukan udara Turki.
"Turki bertujuan meremehkan semua upaya yang sukses dan pencapaian yang kami kami raih selama perang melawan #ISIS."
Pasukan Turki kemarin memulai operasi militer ke arah perbatasan Suriah untuk memberangus pasukan Kurdi yang disebut sebagai teroris. Pasukan Kurdi didukung pasukan AS memberangus milisi ISIS dari Suriah dan Irak.