TEMPO.CO, Jakarta - Turki mulai melakukan serangan militer ke arah pasukan Kurdi di Timur Laut Suriah, hanya beberapa hari setelah presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penarikan mundur pasukan AS di perbatasan.
Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan hari ini, 9 Oktober 2019 mengumumkan dimulainya serangan ke arah perbatasan yang ditempati etnis Kurdi.
"Tujuan kami untuk menghancurkan koridor teror yang didirikan di perbatasan selatan dan untuk membawa perdamaian ke kawasan itu," kata Erdogan melalui akun Twitternya sebagaimana dilaporkan CNN.
Operasi militer Turki ke arah perbatasan timur laut Suriah untuk memukul keluar perbatasan Turki pasukan Kurdi yang didukung AS.
Direktur komunikasi pemerintah Turki, Fahrettin Altun mengatakan, militer negara itu akan menyeberang masuk wilayah Suriah bersama-sama pasukan pemberotnak Free Syrian Army, atau Pasukan Pembebasan Suriah.
Baca Juga:
Turki selama ini menganggap pasukan bersenjata Kurdi, Kurdish People's Protection Units atau YPG sebagai teroris yang berafiliasi dengan Partai Pekerja Turki yang bertempur melawan pasukan Turki selama lebih dari 3 dekade.
Namun, AS mendukung YPG dan memuji Kurdi karena telah membantu menghancurkan milisi ISIS di Suriah.
Presiden Trump mengancam akan menghancurkan perekonomian Turki jika menyerang pasukan Kurdi di perbatasan.
Pasukan Kurdi, Syrian Democratic Forces atau SDF, menyerukan kepada masyarakat internasional untuk memberikan bantuan untuk mencegah terjadi bencana kemanusiaan dipicu serangan pasukan Turki.
"Serangan ini akan menumpahkan darah ribuan warga sipil tak berdosa karena wilayah perbatasan kami penuh sesak," ujar SDF dalam pernyataannya.
Erdogan mengabaikan ancaman Trump dengan memerintahkan operasi militer darat dan laut untuk membersihkan perbatasannya dari pasukan Kurdi yang dituding sebagai teroris.