TEMPO.CO, Jakarta - Robert Clifford, pengacara untuk korban tewas jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan 302 pada Selasa, 17 September 2019, meminta Boeing Co dan Badan Penerbangan Amerika Serikat atau FAA agar menyerahkan dokumen pendukung keputusan untuk mempertahankan penggunaan Boeing 737 MAX, padahal sudah ada kecelakaan mematikan melibatkan burung besi itu.
Permintaan itu disampaikan Clifford dalam sebuah persidangan di depan Hakim, A. Jorge Alonso, di Chicago, Amerika Serikat.
"Keputusan untuk menjaga pesawat-pesawat itu tetap melayani penerbangan adalah kunci musibah ini," Robert Clifford dari Kantor Hukum Clifford, yang mewakili keluarga korban kecelakaan Ethiopia.
Sebelum Ethiopian Airlines 302 jatuh, pesawat milik maskapai Lion Air dengan tipe yang sama, jatuh pada Oktober 2018.
Sepekan setelah Lion Air 610 menukik ke Laut Jawa dan menewaskan 189 orang di dalamnya, FAA memperingatkan Boeing ada yang keliru pada input dari sensor sistem kontrol penerbangan otomatis sehingga dapat membuat secara otomatis mendorong turun hidung pesawat. Kendati demikian, FAA tetapi mengizinkan burung besi tersebut tetap terbang.
Lima bulan kemudian, sistem yang sama disalahkan karena diduga menjadi pemicu jatuhnya pesawat ET302 pada 10 Maret 2019. Musibah itu menewaskan 157 penumpang dan awak pesawat.
Boeing menghadapi hampir 100 tuntutan hukum dari lebih dari 10 firma hukum yang mewakili keluarga korban kecelakaan Ethiopian Airlines. Gugatan hukum datang dari 35 negara yang berbeda, termasuk gugatan dari sembilan warga negara Amerika Serikat dan 19 warga negara Kanada.
Kerabat berduka di sebelah peti mati selama upacara penguburan para korban kecelakaan Penerbangan ET 302 Ethiopian Airlines di Gereja Holy Trinity Cathedral di Addis Ababa, Ethiopia, 17 Maret 2019. REUTERS / Maheder Haileselassie
Sebagian besar tuntutan hukum kepada Boeing menuntut uang ganti rugi. Firma hukum Ribbeck Law Chartered mengatakan kliennya menuntut ganti rugi lebih dari US$ 1 miliar atau sekitar Rp14 triliun.
Dalam gugatan hukum yang dilayangkan pada Boeing ditulis Boeing merancang sistem kontrol penerbangan otomatis. Sistem ini diyakini telah berulang kali mendorong hidung pesawat lebih rendah dan inilah yang terjadi pada dua kecelakaan Boeing 737 MAX.
Boeing menolak untuk mengomentari gugatan itu secara langsung tetapi mengatakan pihaknya bekerja sama sepenuhnya dengan otoritas investigasi. Boeing meminta maaf atas nyawa yang hilang dalam kedua kecelakaan dan memperbarui perangkat lunak.
Sedangkan FAA mengatakan tidak mau berkomentar.
Clifford, yang ditunjuk sebagai penasihat utama keluarga korban, menggugat Boeing atas kecelakaan Ethiopian Airlines. Dia mengatakan akan menempuh dua jalur dalam kasus ini. Pertama, menggugat Boeing bagi para klien yang belum puas dengan produsen pembuat pesawat terbang itu. Kedua menempuh jalur untuk mendorong ditemukannya kebenaran dalam kasus ini.
Pengacara penggugat yang mewakili korban kecelakaan pesawat umumnya bekerja secara sukarela. Namun mereka akan menerima persentase uang penyelesaian yang dimenangkan atau penghargaan.
REUTERS - MEIDYANA ADITAMA WINATA