TEMPO.CO, Seoul – Korea Selatan bakal menginvetasikan 88 miliar won atau sekitar Rp1 triliun untuk membangun sistem pertahanan mengantisipasi serangan drone atau pesawat nirawak.
Lembaga pembangunan sistem pertahanan militer Korea Selatan mengumumkan ini setelah mereka mendeteksi adanya infiltrasi pesawat drone mata-mata dari Korea Utara.
Sistem pertahanan anti-serangan drone ini dinamai Block-I. Sistem ini bakal melacak dan menghancurkan drone berukuran kecil dan pesawat sejenis dengan mengunci target menggunakan teknik yang disebut invisible optical fibre razor pada jarak dekat seperti dilansir lembaga Defence Acquisition Program Administration atau DAPA.
“Kami memiliki tujuan untuk meningkatkan sistem ini sehingga mampu mencegat serangan pesawat jet tempur dan satelit musuh,” kata Song Chang-joon, pejabat senior DAPA, seperti dilansir Channel News Asia pada Selasa, 17 September 2019.
Militer Korea Selatan menemukan sebuah drone mata-mata Korea Utara pada 2017 di kawasan Zona Demiliterisasi, yang memisahkan kedua negara.
Peneliti menemukan ada 550 foto lokasi rudal berbasis sistem pertahanan anti-rudal AS dari drone itu, yang dipasangi kamera.
Pada 2014, sumber di militer Korea Selatan mengatakan sebuah drone milik Korea Utara jatuh saat kembali ke pangkalannya setelah melakukan misi pengintaian, yang termasuk terbang langsung di atas kantor kepresidenan Gedung Biru untuk mengambil gambar.
Pembangunan sistem anti-serangan drone ini merupakan bagian dari upaya Korea Selatan memodernisasi sistem pertahanan militernya sambil berupaya menurunkan ketegangan dengan Korea Utara lewat dialog.
Saat ini, kedua Korea masih berperang sejak berakhirnya Perang Korea pada 1950 – 53, yang diakhiri dengan gencatan senjata dan bukannya perjanjian perdamaian.
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, bakal bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di New York, untuk membicarakan kelanjutan denuklirisasi. Pertemuan puncak ini digelar di sela-sela sidang umum PBB seperti dilansir Reuters.