TEMPO.CO, Jakarta - Nicholas Soames, cucu mantan Perdana Menteri Inggris yang membawa kemenangan Inggris dalam Perang Dunia II, Winston Churchill memilih tidak memberikan suaranya kepada PM Boris Johnson mengenai Brexit.
Dengan pilihan yang diberikan, Soames, 71 tahun, bakal dikeluarkan dari Partai Konservatif. Dia merupakan satu di antara 21 anggota parlemen dari Partai Koservatif Inggris yang memberontak terhadap langkah yang diambil Johnson untuk keluar dari Uni Eropa.
"Saya akan memilih menentang pemerintah malam ini dengan hati yang sangat berat," kata Soames, seperti dilansir dari Channel News Asia, 4 September 2019.
Partai Konservatif yang mendukung Johnson telah mengeluarkan peringatan bahwa para pemberontak akan kehilangan kursi mereka di parlemen jika mereka menentang pemerintah.
British Insider, 3 Septemher 2019 mengatakan, total ada lebih dari 330 anggota Dewan konservatif akan dikeluarkan dari partai berkuasa di era Johnson. Itu artinya semakin banyak para pekerja mayoritas akan kehilangan pekerjaan mereka pada 3 September 2019.
Menanggapi peringatan yang disuarakan partai yang pernah dipimpin kakeknya itu, Soames berujar : "Sangat disayangkan, sangat disayangkan bahwa dalam pandangan saya semua sudah direncanakan: ini yang mereka inginkan dan mereka akan berupaya untuk mengadakan pemilu yang mereka inginkan."
Sejak Johnson menjabat perdana menteri enam pekan lalu, menurut laporan Business Insider, dia telah berlaku kejam dengan melakukan pembersihan kabinet yang terbesar dalam sejarah modern Innggris dan memangkas rapat parlemen demi keluar keputusan parlemen memilih Inggris meninggalkan Uni Eropa, dengan atau tanpa kesepakatan.
Seorang sumber yang dekat dengan kelompok ini mengatakan mereka yang menentang pemerintah dalam pemilihan Selasa ini merupakan langkah pertama dalam proses untuk mencegah munculnya kesepakatan yang merusak secara ekonomi.
Sebelumnya, anggota parlemen Inggris mengalahkan Boris Johnson dalam mosi tidak percaya pada hari Selasa untuk mencegah Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan Brexit.
Merespons kekalahannya di parlemen, Boris Johnson berjanji akan mengupayakan pemilu dini.
Menurut laporan Reuters, 3 September 2019, pemerintahan Johnson kalah 328 berbanding 301 suara dalam pemungutan suara mosi tidak percaya, meski penentang Johnson dari partainya sendiri diperingatkan akan dipecat dari Partai Konservatif jika melawan Johnson.
Kemenangan parlemen pada Selasa hanyalah rintangan pertama bagi anggota parlemen, memungkinkan mereka untuk mengambil kendali proses Brexit dari pemerintahan.