TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah ledakan yang diyakini bom bunuh diri meluluhlantahkan aula pernikahan di Afganistan pada Sabtu malam yang menewaskan 63 orang dan melukai 182 lainnya.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afganistan Nasrat Rahimi mengatakan, ledakan diduga berasal dari bom bunuh diri yang terjadi di panggung aula pernikahan.
Menurut laporan New York Times, foto-foto ledakan beredar di media sosial, menunjukkan bagaimana meja dan mayat hancur. Video juga memperlihatkan kepanikan dan tangisan histeris kerabat korban.
"Ada ledakan tiba-tiba di dalam; semua saudara saya, saya tidak dapat menemukan siapa pun di antara mereka," kata seorang pemuda, berlumuran darah, mengatakan dalam sebuah video yang beredar di media sosial.
"Ledakan itu sangat besar," kata Muhibullah Zeer, seorang pejabat Departemen Kesehatan yang berada di rumah sakit Istiqlal di dekatnya. "Kami sibuk mengumpulkan data dan memindahkan yang terluka ke rumah sakit. Kami tidak tahu berapa banyak yang terbunuh dan berapa banyak yang terluka."
Aftermath of Kabul Explosion pic.twitter.com/5KhGgXQLa5
— Muslim Shirzad (@MuslimShirzad) August 17, 2019
Aula Pernikahan Dubai City terletak di sebelah barat ibu kota Afganistan, sebuah lingkungan yang dihuni oleh etnis Hazara, yang sebagian besar adalah warga Syiah.
Serangan itu terjadi ketika Taliban dan Amerika Serikat sedang mencoba untuk menegosiasikan perjanjian tentang penarikan pasukan AS sebagai imbalan atas komitmen Taliban pada pembicaraan keamanan dan perdamaian dengan pemerintah Afganistan yang didukung AS.
Taliban membantah terlibat dalam serangan itu, menyebut ledakan itu "terlarang dan tidak dapat dibenarkan", seperti dilaporkan Al Jazeera.
Presiden Afganistan Ashraf Ghani mengutuk keras "serangan tidak berperikemanusiaan" dalam sebuah tweet pada hari Minggu, menambahkan bahwa "Taliban tidak dapat membebaskan diri dari kesalahan, karena mereka menyediakan platform untuk teroris".
I strongly condemn the inhumane attack on the wedding hall in Kabul last night. My top priority for now is to reach out to the families of victims of this barbaric attack. On behalf of the nation I send my heartfelt condolences to the families of those who were martyred.
— Ashraf Ghani (@ashrafghani) August 18, 2019
Al Jazeera, melaporkan dari sebuah rumah sakit darurat di pusat Kabul, tempat banyak dari mereka yang terluka dirawat, mengatakan, "Lusinan orang sedang menunggu berita tentang orang yang dicintai."
"Orang-orang telah diangkut di sini sepanjang malam, orang-orang yang terluka dan juga orang yang tewas, terperangkap dalam ledakan ini," tambahnya.
Seorang saksi, Sahi, mengatakan dia berada di belakang aula pernikahan ketika ledakan terjadi.
"Itu sangat besar," katanya. "Aku jatuh di tempatku berada. Ketika aku berdiri aku melihat meja dan orang-orang berserakan di mana-mana. Pemandangan mengerikan. Kakakku terluka. Sebagian besar temanku terbunuh."
Ahmad Omid, yang selamat lainnya, mengatakan sekitar 1.200 tamu telah diundang ke pernikahan untuk sepupu ayahnya.
Para militan secara berkala menyerang pernikahan Afganistan, yang dipandang sebagai sasaran empuk karena kurangnya tindakan pencegahan keamanan.
Pada 12 Juli, setidaknya enam orang terbunuh ketika seorang bom bunuh diri meledak di upacara pernikahan di provinsi Afganistan timur, Nangarhar, yang diklaim oleh ISIS.