TEMPO.CO, Jakarta - Pemberontak yang didukung Uni Emirat Arab atau UEA menguasai seluruh fasilitas dan pangkalan militer dan istana presiden Yaman di Aden.
Dengan jatuhnya istana presiden ke tangan pemberontak, maka Yaman kini dikendalikan dua kekuatan milisi, Sanaa dikuasai oleh milisi Houthi.
Presiden yang didukung masyarakat internasional, Abd-Rabbu Mansour Hadi tinggal di Arab Saudi.
Juru bicara Security Belt, milisi yang beraliansi dengan Dewan Transisi Selatan atau STC yang didukung Uni Emirat Arab mengatakan kepada AFP pada hari Sabtu, 10 Agustus 2019, bahwa para milisi tidak mendapat perlawanan berarti ketika mereka merebut istana presiden. Istana itu sudah kosong dari pasukan yang setiap kepada presiden Hadi.
"Kami menguasai istana Maashiq dari pasukan presiden tanpa bertempur," kata juru bicara dari pasukan milisi Security Belt, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Hadi yang disingkirkan oleh pemberontak Houthi setelah menguasai Sanaa pada 2014 menuding STC melakukan kudeta dengan menguasai istana presiden di Aden.
Menurut jurnalis Yaman di Sanaa, Nasser Arrabyee, penguasaan Aden oleh kelompok pemberontak tidak disangka terjadi demikian cepat.
"Ini belum pernah terjadi, tidak diperkirakan terjadi demikian cepat," ujar Arrabyee.
Menurut laporan AP, sedikitnya 45 orang tewas saat pemberontak bertempur untuk merebut kamp Brigade Keempat di Aden, Yaman. Media DPA, melaporkan 30 orang tewas.