TEMPO.CO, London – Pemerintah Inggris mengatakan tidak akan melakukan pertukaran kapal tanker dengan pemerintah Iran.
Ini setelah kedua negara masing-masing menahan kapal tanker Grace 1 asal Teheran dan kapal tanker Stena Impero yang berbendera Inggris.
“Kami tidak akan melakukan barter. Jika orang atau negara telah menahan secara ilegal kapal berbendera Inggris maka hukum internasional dan peraturan internasional harus ditegakkan,” kata Dominic Raab, menteri Luar Negeri Inggris, di sela-sela pertemuan tingkat menteri ASEAN di Bangkok, Thailand, pada Kamis, 1 Agustus, seperti dilansir Reuters.
Raab mengatakan pemerintah negaranya tidak akan membarter kapal tanker yang ditahan secara legal dengan kapal tanker yang ditahan secara ilegal. “Itu bukan caranya Iran bisa keluar dari masalah ini,” kata dia. “Jadi saya pikir barter tidak ada dalam opsi di meja.”
Ketegangan telah meningkat antara Iran dan Inggris sejak kedua negara saling menahan kapal tanker di Laut Gibraltar dan Selat Hormuz.
Seperti dilansir Aljazeera, hubungan Iran dan AS juga menegang pasca keluarnya AS dari Perjanjian Nuklir Iran 2015.
Presiden AS, Donald Trump, menarik negaranya keluar dari perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action 2015. Perjanjian ini diteken AS pada era pemerintahan Presiden Barack Obama.
Lima negara besar lainnya yang ikut meneken perjanjian ini adalah Inggris, Prancis, Jerman, Rusia dan Cina.
Kelima negara ini dan Iran baru saja menggelar pertemuan joint committee atau komite bersama di Wina, Austria, pada awal pekan ini. Komite ini bertugas untuk membahas implementasi kesepakatan Perjanjian Nuklir Iran dari semua pihak yang terlibat.