TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan rintisan yang bermarkas di Beijing, Cina, iSpace, berencana meluncurkan hingga delapan roket komersial tahun depan. Rencana itu disusun setelah pada akhir pekan lalu iSpace menjadi perusahaan swasta pertama yang didanai Cina untuk menempatkan sebuah satelit ke dalam orbit.
Dikutip dari reuters.com, Rabu, 31 Juli 2019, iSpace sudah sukses memanaskan suasana kompetisi pada 15 perusahaan rintisan lainnya di Cina untuk mengembangkan kendaraan yang mampu mengirim satelit ke dalam orbit. Sejak akhir tahun lalu, dua perusahaan telah mencobanya, namun gagal.
China membayangkan rasi bintang satelit komersial yang dapat menawarkan layanan mulai dari internet berkecepatan tinggi untuk pesawat tempur hingga melacak pengiriman batubara. Layanan yang bisa dipercaya dan murah oleh perusahaan swasta akan menjadi kunci.
"Jika Anda tidak punya sebuah batu yang bisa mencapai orbit, itu menunjukkan Anda tidak punya produk. Lalu model bisnis jenis apa yang bisa Anda suarakan ?," kata Wakil Presiden iSpace bidang keuangan Huo Jia, Selasa, 30 Juli 2019
iSpace menerima klien swasta dan pemerintah. Harga untuk peluncuran sebuah roket dibandrol 4,5 juta euro atau sekitar Rp 70,3 miliar. Diantara klien iSpace berasal dari Singapura, Spanyol, Hong Kong dan Sri Lanka.
Sejumlah kline utama iSpace sudah menandatangani kesepakatan pembelian roket iSpace atau mengekspresikan ketertarikan mereka.
Sejak didirikan pada akhir 2016, iSpace telah mengumpulkan dana total lebih dari 700 juta yuan atau sekitar Rp 1,4 triliun. Perusahaan asal Cina itu memperkirakan roket daur ulang pertamanya akan diluncurkan pada 2021. Perusahaan itu mendapatkan pendanaan dari Peng Xiabo, mantan direktur bidang penelitian dan pengembangan di Akademi Teknologi Peluncuran Kendaraan.