TEMPO.CO, Doha – Pejabat perwakilan Amerika Serikat dan Taliban menggelar pertemuan di Doha, Qatar, untuk pertemuan ketujuh sejak Oktober 2018.
Pertemuan ini merupakan proses negosiasi untuk mengakhiri perang di Afganistan, yang telah berlangsung selama 18 tahun.
Pertemuan ini membicarakan sejumlah hal pada Sabtu, 29 Juni 2019, seperti jaminan Taliban untuk tidak mengizinkan milisi menggunakan Afganistan untuk menyerang ke luar negara. Isu lainnya adalah penarikan pasukan AS dan NATO serta dialog intra-Afganistan serta gencatan senjata permanen.
Militer AS menjatuhkan pemerintahan Taliban lewat invasi militer pada 2001. Ini karena Taliban dituding menampung dan melindung milisi Al-Qaeda, yang dituding bertanggung jawab atas serangan 11 September terhadap Gedung WTC.
Berikut ini tiga poin menarik dari proses negosiasi ini:
Negosiasi
Taliban tidak mau berdialog dengan pemerintah Afganistan karena menganggap Kabul sebagai boneka AS dan tidak memiliki kekuatan nyata sehingga tidak memiliki legitimasi.
Taliban beranggapan sejak digulingkan AS pada 2001 maka negara berada dalam pendudukan pasukan asing. Jika Taliban berdialog dengan pemerintahan Afganistan maka kelompok ini menganggap sebagai bentuk pemberitan legitimasi.
Duta Besar AS untuk Afganistan, Zalmay Khalilzad, mengatakan kemajuan negosiasi damai dibutuhkan pada pertemuan keenam. Ini karena konflik di Afganistan terus terjadi dan banyak warga sipil tewas.
Poin Negosiasi
Zalmay Khalilzad, yang pernah menjadi dubes AS untuk PBB dan Afganistan, memimpin delegasi AS dalam pembicaraan damai di Doha, Qatar.
Taliban diwakili Sher Mohammad Abbas Stanikzai, yang menjadi kepala politik Taliban, dan Mullah Abdul Ghani Baradar, yang menjadi salah satu pendiri Taliban.
Taliban meminta penarikan pasukan AS dari Afganistan. Sedangkan AS meminta Taliban tidak mengizinkan kelompok teror internasional berlindung di Afganistan.
Ada pembicaraan untuk mengimplementasikan gencatan secara di seluruh Afganistan. Taliban hanya mau mendukung ini jika ada pengumuman penarikan pasukan AS dengan jadwal yang jelas.
Hambatan
Kesepakatan damai bisa terwujud jika kedua pihak bersikap fleksibel dan bersedia memberi konsesi.
“Saya kira tahapan berikutnya yaitu pembicaraan internal Afganistan akan menjadi proses yang lebih menantang dibandingkan pembicaraan antara AS dan Taliban.
Hambatan lainnya adalah ada sejumlah faksi di dalam internal Taliban yang bisa memiliki pandangan berbeda mengenai kesepakatan damai ini. Lalu, penolakan pemerintahan Afganistan yang didukung etnis Tajiks dan Hazara juga bisa menghambat tercapainya kesepakatan damai.
Determinasi Presiden Amerika, Donald Trump, untuk menarik pasukan dari Afganistan menjadi faktor yang memungkinkan kesepakatan dengan Taliban bisa tercapai.