TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah kelahiran bayi di Singapura turun hingga ke angka terendah dalam delapan tahun terakhir. Kondisi ini membuat negara itu dihadapkan pada permasalahan demografis populasi kelompok masyarakat tua.
Laporan pencatatan kelahiran dan kematian Singapura pada 2018 memperlihatkan pada tahun lalu ada 39.039 kelahiran yang terdaftar atau turun 1,5 persen dibanding 2017. Pada saat yang sama, angka kematian naik 1,8 persen menjadi 21.282 dibanding 2017 yang sebesar 20.905.
Menjelang Hari Kemerdekaan Singapura, Okupansi Hotel di China Town Membludak
Ilustrasi bayi. Pixabay.com
Dikutip dari asiaone.com, Senin, 22 Juli 2019, populasi kelompok masyarakat tua di Singapura berarti angka kematian di negara itu naik sejak 1998 yang ketika itu tercatat 15.657 kematian.
Total rata-rata fertilitas Singapura juga turun dari 1.16 pada 2017 menjadi 1.14 pada tahun lalu. Angka itu di bawah replacement rate, yakni 2.1.
Menurut Tan Ern Ser, sosiologis dari Universitas Nasional Singapura atau NUS, turunnya tren angka kelahiran di Singapura kemungkinan akan terus berlanjut. Kenyataan ini sangat mengkhawatirkan karena populasi harus diregenerasi sehingga perekonomian suatu negara bisa terjaga.
Partai Komunis Cina Bangun Pengaruh di Singapura
Kang Soon-Hock, asisten profesor dari Universitas Singapura bidang ilmu sosial mengatakan angka kelahiran merefleksikan tren ekonomi - sosial, misalnya kalangan anak muda lebih memilih hidup melajang atau pasangan yang memutuskan menunda punya momongan.
Sedangkan Jean Yeung, profesor dan direktur Pusat Penelitian Keluarga dan Populasi dari NUS berpandangan naiknya ketidakpastian karena gangguan digital, keuangan global dan perubahan iklim juga ikut berpengaruh.
"Faktor-faktor itu kemungkinan ikut mencegah pasangan untuk berfikir dengan hati-hati saat memutuskan punya anak atau tidak," kata Yeung.
Yeung juga memaparkan pada 2018 rata-rata perempuan melahirkan pertama kali adalah pada usia 30. Angka ini berubah dibanding 2009, dimana rata-rata perempuan Singapura melahirkan pertama kali pada usia 29 tahun. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena angka kesuburan seorang perempuan biasa turun seiring bertambahnya usia.