TEMPO.CO, Jakarta - Partai pro-junta militer Thailand, Palang Pracharat mengundang 2 partai untuk membentuk koalisi di parlemen dengan tujuan mempertahankan jenderal Prayut Chan-o-cha sebagai perdana menteri.
Dua partai yang diundang itu yakni Demokrat dan Bhumijaithai.
Baca juga: Partai Prayuth Chan-ocha Raih Suara Populer di Pemilu Thailand
"Kami mengundang dua partai, namun belum memperkirakan satu kesimpulan hari ini. Kami paham ada proses internal, tapi ini merupakan poin awal yang sangat baik," kata Uttama Savanayana, Ketua Palang Pracharat kepada wartawan, seperti dikutip dari Channel News Asia, 27 Mei 2019.
Partai Bhumijaithai mengatakan, partai tersebut telah menerima undangn Palang Pravaharat. Komite eksekutif partai tengah merundingkan kebijakan pembentukan pemerintahan segera.
Baca juga: 3 Fakta Pemilu Thailand 2019
"Para pemimpin akan terhubung dan dengan segera menyelesaikan berbagai masalah...sehingga Palang Pracharat tidak akan sakit kepala. Sudah saatnya kami pergi bekerja untuk negara ini," kata Anutin Charnvirakul, ketua partai Bhumijaithai kepada wartawan.
Partai Dmeokrat melalui Sekjen partai, Chalermchai Sri mengatakan partai akan mengumumkan keputusannya segera untuk menjawab undangan partai Palang Pracaharat, peraih suara terbanyak kedua dalam pemilu 24 Maret lalu.
Menurut anggota dewan partai Palang Pracharat, Puttipong Punnakabta, koalisi ini diperkirakan akan menghasilkan 251 dari 500 kursi di parlemen.
Baca juga: Jenderal Pemimpin Kudeta Jadi PM Baru Thailand
Sementara partai Pheu Thai yang meraih suara terbanyak dalam pemilu 24 Maret lalu tidak menghasilkan suara mayoritas kecuali berkoalisi dengan partai lain.
Phue Thai telah mempertimbangkan untuk berkoalisi, namun hasil akhir belum diumumkan.
Partai anti junta yang baru berdiri tahun lalu, Future Forward, mendesak Demokrat untuk tidak berkoalisi dengan Palang Pracharat membentuk pemerintahan. Jika berkoalisi, itu artinya Demokrat mendukung kudeta 2014 yang dipimpin Prayut.