Suatu ketika, ketika seorang staf hendak mencuri waktu tidur untuk beberapa jam sebelum mendarat, Presiden mengirim ajudan lain untuk membangunkan mereka sehingga ia dapat membahas masalah yang ada dalam pikirannya.
"Dia tidak akan tidur," kata satu orang.
Trump sesekali minum pil tidur, kata dokternya kepada wartawan tahun lalu. Tetapi dia tidak pernah tidur banyak, hanya empat atau lima jam per malam di Gedung Putih, dan bahkan tidur lebih sedikit di pesawatnya, menurut orang-orang yang bepergian bersamanya.
Sebagai gantinya, ia akan memimpin rapat selama berjam-jam, meskipun staf menyarankannya untuk bergabung dengan ibu negara Melania Trump di kabin pribadi dan beristirahat.
Pasalnya, obrolan Trump tidak selalu soal politik atau bisnis. Presiden Trump akan menanyakan staf tentang olahraga atau bergosip.
Baca juga: Trump Kecewa pada Media Selalu Diberitakan Miring
Dalam pemerintahan manapun, perjalanan panjang ke luar negeri adalah pekerjaan yang sulit, yang seringkali membutuhkan jam kerja panjang dengan sedikit tidur. Selain kamar tidur presiden sendiri, Air Force One tidak dilengkapi dengan jenis kursi malas yang sekarang umum di kelas bisnis komersial.
Ketika staf dapat tidur, menemukan ruang adalah masalah. Tanpa tempat tidur khusus, yang mereka sebut sofa mini, biasanya mereka tidur bersandar di kursi kantor dan menopang kaki mereka di atas meja.
Beberapa menyebar di lantai ruang konferensi atau di bangku kulit di sepanjang sisi pesawat, dan lebih banyak staf berpengalaman membawa matras yoga untuk rebahan di lantai.
Presiden AS, Donald Trump menuruni pesawat kepresidenan Air Force One di Bandara Noi Bai, di Hanoi, Vietnam, Selasa, 26 Februari 2019. Trump memilih menggunakan pesawat canggih Air Force One untuk tiba di Vietnam. REUTERS/Kham
Mempersingkat kunjungan luar negeri
Setelah dua perjalanan maraton ke luar negeri pada tahun pertama masa kepresidenannya, Trump telah menyingkat perjalanan luar negerinya ke satu atau dua negara sekaligus, mengemas pertemuan dan acara menjadi beberapa hari untuk meminimalkan waktu yang dihabiskannya di luar negeri.
Trump jarang melakukan pertemuan begitu tiba di negara baru. Sebagai gantinya, ia lebih memilih untuk tiba di tujuannya dan langsung menuju ke hotelnya, bahkan selama beberapa jam.
Sementara presiden sebelumnya lebih suka terbang dalam semalam dan menghabiskan beberapa jam istirahat dalam perjalanan, Trump sering tiba di tujuannya pada malam hari dan memulai pembicaraannya pada hari berikutnya.
Para pembantu dan teman-temannya menggambarkan dia sebagai seorang musafir yang tidak sabar, orang yang tidak terlalu suka menikmati budaya asing dan lebih suka tidur di tempat tidurnya sendiri.
Di sela-sela pertemuan dengan Kim Jong Un Korea Utara di Hanoi, Vietnam, awal tahun ini, Trump mengeluh tentang mantan pengacaranya Michael Cohen ketika bersaksi di Capitol Hill.
Dia memotong perjalanan pada saat terakhir, seperti yang dia lakukan di Singapura tahun lalu setelah bertemu Kim Jong Un. Dia menuntut perubahan jadwal yang telah lama direncanakan dan disepakati oleh para stafnya.
Lebih suka kunjungan kenegaraan