TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok radikal Islamic State atau ISIS pada Kamis, 18 April 2019 mengklaim telah melancarkan serangannya yang pertama di Kongo, sebuah negara di benua Afrika. ISIS juga mendeklarasikan kekhalifahannya di Provinsi Tengah Afrika, Kongo.
Masih sulit memverifikasi klaim ISIS itu yang dipublikasikannya ke situs mereka, Amaq. Sekarang ini ada lebih dari puluhan kelompok militan garis keras dan kriminal yang beroperasi di area timur Republik Demokratik Kongo.
Dikutip dari reuters.com, Jumat, 19 April 2019, tiga tewas dalam serangan pertama ISIS di kota Bovata, Kongo. Mereka yang tewas ditembak adalah tentara pengamanan gedung Kongres Kongo dan seorang warga sipil.
Baca:Terdesak di Baghouz, ISIS Lancarkan Serangan Balasan ke SDF
Anggota ISIS memegang bendera di Raqqa , 29Juni 2014. REUTERS
Baca: Kekalahan Semakin Dekat, Ratusan Anggota ISIS Menyerah ke SDF
Sumber di penjaga keamanan PBB dan tokoh masyarakat di Kongo mengatakan kota Bovata yang berdekatan dengan kota Beni dikepung oleh militan garis keras setelah sebelumnya wilayah itu di serang virus menular Ebola.
Tokoh masyarakat, David Moaze, mengatakan berdasarkan keterangan para saksi mata, serangan di kota Bovata diduga kuat dilakukan oleh kelompok radikal Pasukan Aliansi Demokratik atau ADF, sebuah kelompok garis keras yang memiliki hubungan dengan ISIS.
Sebelumnya pada November 2018, laporan dari kelompok peneliti Universitas New York di Kongo dan Yayasan Bridgeway menyebutkan ADF telah menerima uang dari sebuah 'donatur' yang diduga terkait dengan ISIS. Kesimpulan sementara, ada keterkaitan antara kelompok-kelompok pemberontak di Kongo dengan kelompok garis keras lainnya di Afrika dan sekitarnya.
Lembaga-lembaga anti-teroris dan otoritas Kongo menuding ADF sebagai dalang serangkaian serangan teror dalam dua tahun terakhir di wilayah timur negara itu. Namun tuduhan itu belum disertai dengan bukti kalau itu dilakukan oleh mereka.