TEMPO.CO, Jakarta - Kerajaan Arab Saudi mengumumkan kerja komite antikorupsi secara resmi ditutup. Komite ini telah mengumpulkan kembali uang negara sebesar US$ 107 miliar atau hampir Rp 1.500 triliun dalam kampanye anti-korupsi yang dimulai pada akhir November 2017.
Dalam kampanye anti-korupsi itu, lebih dari 381 individu dipanggil atas keterkaitan mereka dengan dugaan korupsi. Dari jumlah tersebut, 230 orang dinyatakan tidak bersalah dan 87 orang lainnya harus membuat kesepakatan penyelesaian dengan Riyadh atas tindak kejahatan yang mereka lakukan. Sisanya, masih diproses secara hukum.
Baca: Diduga Terlibat Korupsi, 126 PNS di Arab Saudi Dinonaktifkan
“Arab Saudi tampaknya ingin mengumumkan kesimpulan resmi bahwa kerja komite antikorupsi sudah mencapai pada kesimpulan akhir dan menutup babak ini. Mereka yang ditangkap dalam kampanye ini telah menerima pengarahan dari Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammad bin Salam. Kerajaan Arab Saudi memberantas korupsi, namun memulangkan mereka yang tidak bersalah dan mereka yang sudah membuat kesepakatan,” kata sumber di komite anti-korupsi Arab Saudi.
Pangeran Alwaleed bin Talal, milioner kaya yang ditangkap Komisi Anti Korupsi Arab Saudi, memiliki dua pesawat pribadi, yaitu Boeing 747-400 dan Airbus A380. Pesawat 747-400 miliknya dirancang ulang dengan sebuah kursi tahta megah dan mewah terletak di tengah ruang tamu. news.gr
Baca: Arab Saudi Sita Aset Tersangka Korupsi Senilai Rp 1428,7 Triliun
Sumber tersebut juga mengatakan melindungi masa depan Arab Saudi adalah inti dibentuknya komite anti-korupsi ini dan untuk mensukseskan visi 2030. Riyadh ingin bekerja dengan semua pihak untuk mencapai tujuan ini.
Sebelumnya pada November 2017, otoritas Arab Saudi menahan puluhan orang di bawah perintah Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang ingin memberantas korupsi. Mereka yang ditangkap, diinterograsi di hotel Ritz-Carlton, Riyadh. Banyak dari mereka dibebaskan setelah tak terbukti bersalah atau membuat kesepakatan dengan pemerintah.