TEMPO.CO, Vatican City – Paus Fransiskus menuding uskup di Amerika Serikat kurang menunjukkan sikap bersatu di tengah kriris pelecehan seksual anak-anak, yang melibatkan sejumlah imam.
Baca:
Paus mengatakan perselisihan internal harus diakhiri mengenai skandal pelecehan seksual ini, yang telah mencoreng kredibilitas Gereja Katholik Roma.
“Masyarakat yang taat kepada Tuhan dan misi Gereja terus mengalami masalah besar sebagai hasil dari penyalahgunaan kekuasaan, nurani dan pelecehan seksual dan cara penanganan masalah ini yang buruk,” kata Paus kepada para uskup di AS dalam surat panjang dan tidak biasa seperti dilansir Reuters pada Kamis, 3 Januari 2019.
Para uskup di AS sedang dalam masa retreat selama sepekan saat menerima surat Paus ini.
Baca:
Paus telah memanggil kepala dari 110 keuskupan Katholik nasional dan belasan pakar serta pemimpin agama ke Vatikan untuk datang pada pada pertemuan luar biasa. Pertemuan ini bakal digelar pada 21 – 24 Februari 2019 terkait krisis global yang sedang dialami pihak gereja.
Para korban dari pelecehan seksual, yang dilakukan sejumlah imam, berharap pertemuan itu bakal menghasilkan kebijakan jelas yang membuat para uskup bertanggung jawab dalam kekeliruan saat menangani kasus pelecehan seksual.
Baca:
“Kredibilitas gereja telah mengalami penurunan serius akibat dosa-dosa dan kejahatan-kejahatan ini. Ini bertambah lagi akibat upaya menutup-nutupi kasus atau membantahnya,” kata Paus.
Seperti dilansir Reuters, gereja Katholik di AS masih merasakan dampak akibat laporan dari juri agung pada 2018 yang menyatakan ada 301 pendeta di negara bagian Pennsylvania melakukan pelecehan seksual kepada anak-anak selama 70 tahun terakhir.
Namun, ada juga kritik yang menuding Paus, yang menempati jabatannya pada 2013, merespon masalah skandal seks ini dengan sangat lambat. Dia juga disebut gagal berempati dengan para korban dan cenderung percaya buta kepada kata-kata dari rekannya sesama imam.
Baca:
Mengenai kondisi gereja saat ini, yang terkena sejumlah masalah skandal seksual, masyarakat mengungkapkan keprihatinannya kepada Paus. “Bagaimana bisa gereja yang saya percaya dan menjadi pusat kehidupan saya selama ini telah melakukan hal seperti ini, menjadi sumber rasa sakit,” kata Allyson, 20 an tahun yang belajar teologi di sekolah tinggi di Amerika, seperti dilansir American Magazine.