TEMPO.CO, Jakarta - Ketua senat mayoritas, Amerika Serikat, Mitch McConnell, mengecam kemungkinan peran Kerajaan Arab Saudi dalam pembunuhan wartawan senior, Jamal Khashoggi, 59 tahun. McConnell menyebut pembunuhan terhadap Khashoggi mengerikan dan berhak mendapat sebuah respon dari anggota Kongres Amerika Serikat.
"Apa yang terjadi, pada dasarnya telah dijelaskan oleh CIA. Ini sangat mengerikan bagi Amerika Serikat dan mereka yang membela kasus ini di berbagai belahan dunia," kata McConnell, Selasa sore, 27 November 2018, seperti dikutip dari npr.org.
Menurut McConnell, sejumlah respon terkait hal ini harus diambil dan pihaknya sedang mendiskusikan apa yang sepatutnya dilakukan. Dia menyebut, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo dijadwalkan memberikan pengarahan kepada para anggota senator pada Rabu, 28 November 2018. Penjelasan yang akan diberikan terkait hasil penyidikan yang dilakukan Amerika Serikat.
Pernyataan McConnell itu mematahkan ucapan Presiden Donald Trump, yang meyakini badan intelijen CIA belum mencapai pada titik kesimpulan apakah Putra Mahkota Mohammed bin Salman bertanggung jawab atas kematian Khashoggi. McConnell meyakini CIA pada dasarnya telah secara sah meyakini keterlibatan pejabat tingkat tinggi di Kerajaan Arab Saudi atas pembunuhan Khashoggi
Sebelumnya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, mengajukan permintaan agar bisa bertemu dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, disela-sela KTT G20 di Argentina. Hubungan bilateral Turki - Arab Saudi memburuk setelah mencuatnya kasus pembunuhan Khashoggi pada 2 Oktober lalu.
"Benar, dia (Mohammed bin Salman) telah meminta melalui telepon kepada Erdogan apakah bisa bertemu di Buenos Aires. Erdogan menjawab, kita lihat saja nanti," kata Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, seperti dikutip dari aljazeera.com, Rabu, 28 November 2018.
Baca: HRW Minta Argentina Selidiki MBS Atas Kasus Jamal Khashoggi
Menurut Cavusoglu, pada saat ini tidak ada alasan bagi Turki untuk menghindari pertemuan dengan Putra Mahkota. Presiden Erdogan dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dijadwalkan akan hadir di pertemuan G20 di Argentina pada 30 November - 1 Desember 2018.
Riyadh akhirnya mengakui Khashoggi telah dibunuh dan jasadnya telah dimutilasi dalam sebuah operasi. Riyadh berulang kali menegaskan Putra Mahkota tidak tahu-menahu soal pembunuhan terhadap Khashoggi yang dilakukan di kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.
Baca: Kasus Jamal Khashoggi, Pangeran Turki Sebut Citra Saudi Rusak
Namun Presiden Erdogan menyebut pembunuhan itu dilakukan atas perintah pejabat tingkat tinggi di Arab Saudi, meski tak menyebut perintah itu berasal dari Raja Salman. Kasus pembunuhan terhadap Khashoggi telah menempatkan Mohammed bin Salman, 33 tahun, sebagai sosok paling bertanggung jawab.
Cavusoglu mengatakan Riyadh telah menawarkan akan mengirimkan sejumlah foto warga Turki yang bekerja sebagai staf lokal yang diduga membantu menutup-nutupi kasus pembunuhan Khashoggi. Namun tawar itu ditampik.
"Untuk apa foto-foto identik? Kerajaan Arab Saudi tahu nama-nama (yang terlibat)," kata Cavusoglu.
Cavusoglu mengatakan tim pembunuh Khashoggi tidak akan bertindak tanpa perintah. Hanya saja, Turki saat ini belum bisa mengatakan apapun tanpa bukti kuat.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada akhir pekan lalu mengatakan Washington akan tetap menjadi mitra Arab Saudi meskipun Putra Mahkota mungkin tahu rencana pembunuhan Khashoggi.