TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berdiskusi mengenai kasus pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Paris, Prancis.
Baca:
Ini terjadi beberapa jam setelah Turki menyampaikan bahwa rekaman audio terkait pembunuhan Khashoggi telah dibagikan ke sejumlah negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman.
Trump dan Erdogan digambarkan duduk bersebelahan pada saat makan malam di Paris seperti terlihat pada foto yang dirilis pemerintah Turki pada Sabtu, 10 November 2018. Makan malam yang berlangsung di Musee D'Orsay itu tidak terbuka untuk media.
Baca:
Pertemuan kedua pemimpin itu berlangsung dalam percakapan panjang pada saat acara santap malam pada Sabtu menjelang peringatan 100 tahun berakhirnya Perang Dunia I keesokan harinya.
"Saya bisa memastikan mereka duduk berdampingan dan mendiskusikan situasi tragis yang sedang berlangsung mengenai Khashoggi," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Sanders seperti dikutip DailyMail pada Sabtu, 10 November 2018
Erdogan membagikan foto dirinya saat berdiskusi dengan Trump saat makan malam dalam siaran pers yang dibagikan oleh pemerintah Turki sebelum pertemuan itu berakhir.
Baca:
Foto itu menunjukkan Trump duduk di bagian tengah di meja saat makan malam di seberang Macron Prancis dan Angela Merkel Jerman. Melania Trump juga ikut dalam acara santap malam ini meski nyaris tidak terlihat dalam foto yang dibagikan.
Kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, tewas di bunuh tim pembunuh dari Arab Saudi yang berjumlah 15 orang. Middel East Eye
Beberapa jam sebelumnya ketika berangkat dari Ankara ke Paris, Erdogan mengatakan rekaman audio yang diduga mendokumentasikan menit-menit terakhir kehidupan Khashoggi saat dibunuh oleh tim pembunuh Arab Saudi di konsulat negara di Istanbul.
Baca:
Erdogan mengatakan dia telah memberikan salinan rekaman pembunuhan Khashoggi pada 2 Oktober ke Amerika Serikat dan beberapa negara lain.
"Kami memberikannya ke Arab Saudi. Kami juga memberikannya ke Amerika, Jerman, Prancis, Inggris, kami memberikannya kepada mereka semua," kata Erdogan tentang rekaman itu.
Saat ini Gedung Putih belum merilis pernyataan tentang rekaman yang dapat membuktikan bahwa kematian Khashoggi, yang kritis mengkritik kebijakan pemerintah Arab Saudi terkait kebebasan berekspresi, adalah sebuah eksekusi oleh tim pembunuh dari Arab Saudi.
Dua anak Jamal Khashoggi diundang oleh Raja Salman ke istana Al Yamamah di ibu kota Riyadh, Arab Saudi. Raja Salman ingin mengucapkan belasungkawa secara langsung. Sumber : english.alarabiya.net
Turki mengklaim, seperti dilansir Anadolu, ada tim pembunuh yang terdiri dari 15 orang datang ke Istanbul pada 2 Oktober 2018 untuk membunuh Khashoggi, yang dianggap pembangkang dan berkhianat dengan melarikan diri ke Amerika Serikat pada 2017.
Kerajaan yang bersekutu dekat dengan AS itu tidak menyetujui operasi yang mengakibatkan kematian Khashoggi. Namun, politisi di AS menuding putra mahkota maupun raja dari negara otoriter itu sadar bahwa pasukan keamanan Saudi berencana untuk membunuh Khashoggi dan memenggal kepalanya dengan gergaji.
Rekaman yang dimiliki otoritas Turki itu mengungkap detail pembunuhan mengerikan itu.
Seorang pejabat Jerman mengatakan kepada Washington Post, dinas intelijen negara itu telah meninjau rekaman itu. "Rekaman itu sangat meyakinkan," kata perjabat jerman ini.
Trump telah menjanjikan 'hukuman berat' bagi Arab Saudi jika para pemimpinnya terlibat dalam pembunuhan berencana Jamal Khashoggi. Namun dia memohon kepada anggota kongres untuk tidak membatalkan penjualan senjata yang dapat merugikan perusahaan senjata AS.
DAILY MAIL | MIS FRANSISKA DEWI