TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Iran, Hassan Rouhani, meyakinkan negaranya bisa bertahan melewati pengetatan embargo yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan berlaku efektif Senin, 5 November 2018. Pengetatan sanksi ini mengincar sektor minyak dan keuangan Iran.
“Saya umumkan bahwa kami akan melalui dengan bangga sanksi ilegal Anda karena ini melawan aturan internasional. Kita berada dalam kondisi perang ekonomi menghadapi sebuah perundungan kekuasaan. Saya rasa, tidak pernah ada dalam sejarah Amerika Serikat, seseorang masuk Gedung Putih dan melanggar hukum serta konvensi internasional,” kata Rouhani, seperti dikutip dari english.alarabiya.net, Senin, 5 November 2018.
Baca: Israel akan Serang Iran jika Terus Kembangkan Nuklir
Kombinasi foto Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani. (AP Photo)
Baca: Ribuan Warga Iran Turun ke Jalan Mengecam Amerika Serikat
Amerika Serikat telah memperbaharui embargo terhadap Iran yang secara signifikan mengekang ekspor minyak Iran dan menghapuskan negara itu dari keuangan internasional. Langkah ini adalah buah dari keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang pada Mei 2018 keluar dari kesepakatan internasional nuklir Iran.
Trump menilai, kesepakatan yang dibuat pada 2015 itu lemah dan hanya menguntungkan Tehran. Washington tetap ingin membatasi program nuklir Iran.
Dikutip dari nytimes.com, Amerika Serikat sebelumnya pada Jumat, 2 Oktober 2018, mengumumkan pihaknya telah membebaskan delapan negara dari embargo atau sanksi. Namun saat yang sama, Washington telah menjatuhkan kembali embargo ekonomi kepada Iran.
Keputusan Amerika Serikat kepada Iran ini telah memperbesar jurang keretakan antara Amerika Serikat dengan sekutu-sekutunya di Eropa. Sebab Uni Eropa baru-baru ini menyatakan tidak akan memutuskan hubungan ekonomi dengan Iran.