Sesekali ia hanya keluar rumah rakit untuk memancing ikan hingga sampai akhirnya hari ke 44 sebuah kapal berbendara Panama menolongnya.
“Saat itu, saya baru saja bangun pagi dan waktu keluar rumah rakit lihat ada kapal MV Arpeggio berbendera Panama lewat. Saya langsung mengirimkan kode minta tolong dengan kain. Awalnya tidak direspons, dan kapal cuma lewat saja. Kapal berbalik setelah satu mil laut saat saya meminta tolong dengan menggunakan radio.
Aldi Novel Adilang, 18 tahun, penjaga rumpon di Minahasa, Sulawesi Utara, hanyut hingga ke Guam, begini kronologinya. BUDHY NURGIANTO
Ia berhasil diselamatkan dengan bantuan para anak buah kapal dengan cara memanjat kapal.
Selama di kapal berbendera Panama, Aldi mengaku diberlakukan sangat baik. Dia hanya bisa berkomunikasi dengan anak buah kapal dengan menggunakan bahasa yang telah diterjemahkan dengan menggunakan perangkat handphone. Ia hanya bisa mengerti dan paham jika anak buah kapal asal Filipina berbicara dengannya menggunakan bahasa Tagalok .
“Kalau ada ABK Filipina berbicara dengan bahasa Tagalok saya sedikit mengerti karena bahasanya tak beda jauh dengan bahasa daerah di Siau,”pinta Aldi.
Setelah diselamatkan kapal MV Arpeggio, Aldi kemudian baru tahu kalau dia saat itu berada di perairan luar Indonesia. Kapten kapal memberitahu dirinya jika pihaknya sudah menghubungi penjaga pantai Guam untuk menyerahkannya ke petugas kedutaan Indonesia di Tokuyama. Selama di Jepang, Aldi tidak diizinkan turun ke darat.
“Saya baru bisa pulang setelah mendapatkan izin pemerintah Jepang dan itupun hanya sehari dan kemudian diterbangkan ke Jakarta. Semua dokumen pihak kedutaan yang urus langsung,” kata Aldi tersenyum lega mengenang dirinya terkatung-katung lebih dari sebulan di laut .