TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dituduh mengalihkan sekitar US$ 10 juta atau Rp 148 miliar anggaran Federal Emergency Management Agency (FEMA) atau Badan Pengendalian Bencana Alam, untuk membayar strategi penahanan dan deportasi kebijakan imigrasi Trump.
Baca: Topan Florence Mendekat, 1 Juta Warga AS Dievakuasi
Dilansir dari Sputniknews, 12 September 2018, Senator Jeff Merkley membocorkan dokumen-dokumen itu kepada Rachael Maddow dari MSNBC, yang menuduh pemerintah mengalihkan lebih dari US$ 2,3 juta (Rp 34 miliar) dari US$ 9,8 juta (Rp 145 miliar) dana "tanggap bencana alam dan pemulihan pasca-bencana alam" FEMA, serta kesiapan dan perlindungan, operasi regional, upaya mitigasi, dan anggaran dukungan misi penanggulangan bencana alam.
Ia juga menyatakan bahwa pengalihan anggaran kurang dari 1 persen dari anggaran FEMA akan membahayakan operasional FEMA karena perlu mengurangi pelatihan, perjalanan, sesi keterlibatan publik, dukungan keamanan TI dan pemeliharaan infrastruktur, dan investasi TI.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan istri Melania Trump bersiap menaiki sebuah mobil usai tiba di Bandara Internasional Austin di Austin, Texas, AS, 29 Agustus 2017. Kota Huoston menjadi wilayah paling parah terdampak bencana badai Harvey. REUTERS
Meskipun Departemen Keamanan Nasional atau Department of Homeland Security (DHS) dapat memindahkan jumlah uang yang terbatas dalam anggarannya, Kongres telah membatasi pemrograman ulang dana DHS, suatu proses pengalihan dana dari satu program ke program lainnya diperbolehkan tapi hanya sebatas US$ 5 juta (Rp 74 miliar) atau kurang.
Anggota parlemen mengatakan bahwa Departemen Keamanan Dalam Negeri meminta uang untuk meningkatkan dana operasional Immigration and Customs Enforcement (ICE) untuk melaksanakan kebijakan deportasi Trump dan anti-imigran.
Dokumen itu dipublikasikan hanya beberapa hari sebelum Badai Kategori-4, Topan Florence, sampai di pantai Carolina.
Senator Merkley mengecam Trump karena penyelewengan dana publik di media sosialnya.
"Tidak bisa dipercaya? Ya. Tercela? Ya. Tapi sayangnya itu benar. Silakan tanya diri Anda sendiri," kicau Merkley di Twitter.
Unbelievable? Yes. Reprehensible? Yes. But it’s true. Look for yourself: pic.twitter.com/O0SxI9p5ho
— Senator Jeff Merkley (@SenJeffMerkley) September 12, 2018
"Ini adalah skandal. Pada awal musim angin topan, ketika warga Amerika di Puerto Rico dan Kepulauan Virgin AS masih menderita upaya pemulihan yang tidak memadai dari FEMA, pemerintah mengambil jutaan dolar dari FEMA," kata Merkley, seperti dikutip dari Huffington Post.
Namun beberapa orang membalas Senator Merkley, salah satunya juru bicara Departemen Keamanan Nasional, Tyler Houlton, yang menyebut pemerintah Trump telah fokus membantu dengan jutaan dolar di Pantai Timur guna menghadapi bencana alam.
Under no circumstances was any disaster relief funding transferred from @fema to immigration enforcement efforts. This is a sorry attempt to push a false agenda at a time when the administration is focused on assisting millions on the East Coast facing a catastrophic disaster.
— Tyler Q. Houlton (@SpoxDHS) September 12, 2018
"Uang yang dipertanyakan - ditransfer ke ICE dari biaya operasional rutin FEMA, tidak bisa digunakan untuk respon badai karena keterbatasan perizinan. DHS/FEMA berdiri secara fiskal dan operasional siap untuk mendukung respon saat ini dan masa depan dan kebutuhan pemulihan," kata Houlton di Twitter.
Baca: Pendeta Ini Ajak Pengikutnya Berdoa Usir Topan Florence dari AS
Dilansir dari Reuters, topan Florence saat ini masuk badai Kategori 4 dan mengarah langsung ke North Carolina, dan mengancam dengan gelombang tinggi, hujan deras dan banjir besar di pesisir Amerika Serikat. Presiden Donald Trump telah mengumumkan situasi darurat di North Carolina dan mengizinkan akses dana penanggulangan bencana alam federal untuk mengatasi dampak dari topan Florence.