TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 100 orang, termasuk 20 anak-anak tewas, pada pekan pertama September 2018 ketika perahu karet yang mereka tumpangi mengalami kerusakan mesin di bibir pantai Libya. Data itu dipaparkan oleh lembaga bantuan Dokter Tanpa Batas atau MSF, yang menyebut diantara korban tewas adalah bayi kembar berusia 17 bulan serta orang tua mereka.
Dikutip dari situs aljazeera.com pada 11 September 2018, ada dua kapal yang bertolak dari pantai Libya pada 1 September 2018. Masing-masing kapal membawa puluhan penumpang yang sebagian besar berasal dari negara-negara Afrika seperti Sudan, Mali, Nigeria, Kamerun, Ghana, Libya, Aljazair dan Mesir.
Beberapa mereka yang ditemukan selamat karena berpegang pada pecahan kayu yang mengapung-apung di laut. Mereka lalu dibawa ke pelabuhan Khoms di Libya oleh penjaga pantai Libya.
Baca: Libya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa
Seorang bocah imigran dievakuasi oleh tim penyelamat dari Migrant Offshore Aid Station (MOAS) di utara Laut Tengah, Libya, 5 April 2017. REUTERS/Darrin Zammit Lupi
Baca: Kapal Tenggelam, 100 Imigran di Libya Dikhawatirkan Tewas
Mereka yang selamat menceritakan saat insiden terjadi, mobile navigasi memperlihatkan posisi mereka sebetulnya tak jauh dari pesisir pantai Malta. Mereka pun telah meminta bantuan kepada penjaga pantai Italia, tetapi perahu karet itu keburu tenggelam sebelum bantuan tiba.
“Kami tidak bisa berenang dan hanya beberapa orang yang diberikan jaket pelampung. Beberapa orang berpegangan pada kaya agar tetap hidup,” kata sumber yang selamat.
Diperkirakan ada sekitar 165 penumpang dewasa dan 20 anak-anak dalam dua perahu naas tersebut. Musibah ini semakin menambah panjang korban tewas mereka yang ingin ke Eropa dengan cara melintasi laut.
Catatan PBB memperlihatkan, sejak awal 2018 sampai Juli 2018 ada sekitar seribu orang tenggelam di laut saat hendak menyeberang ke Eropa dari Libya. Sedangkan pada 2017, lebih dari 3 ribu orang tewas dan hilang dalam upaya serupa.