Pembajakan terhadap EgyptAir itu terjadi pada Maret 2016. Mustafa menggunakan sabuk bom bunuh diri palsu untuk membajak pesawat penerbangan domestik antara Alexandria menuju Kairo dan memerintahkan pilot mendarat paksa di Siprus.
Selanjutnya, Mustafa menyerah kepada otoritas Siprus setelah melakukan perundingan selama enam jam. Dia membebaskan sedikit demi sedikit 72 penumpang dan kru pesawat. Kini, Mustafa siap-siap dihadapkan ke meja hijau di Mesir atas ulahnya.
Baca: TERKUAK: Pembajakan Egypt Air Cuma Gara-gara Wanita
Seorang pria keluar dari jendela pilot saat terjadinya pembajakan setelah mendatar di bandara Larnaca, Siprus, 29 Maret 2016. Pesawat itu bertolak dari kota Alexandria ke Kairo di Mesir yang membawa 81 penumpang. AP/Petros Karadjias
Sebelum diekstradisi, Mustafa mengatakan kepada hakim di pengadilan Siprus bahwa dia tidak bermaksud menyakiti siapapun dan mencoba membantu pembebasan 63 perempuan pembangkang yang ditahan di tahanan Mesir. "Pemerintahan Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sisi adalah regim fasis," ucapnya kepada hakim.
Namun jaksa penuntut umum berbicara lain. Menurut jaksa, Mustafa telah menulis sebuah pernyataan ditujukan kepada kepolisian. Isi pernyataan itu menyebutkan, dia membajak pesawat semata-mata untuk tujuan ingin berkumpul kembali dengan keluarganya dari Siprus.
Sementara itu, BBC dalam laporannya pada Maret 2016 seperti dikutip Tempo menyebutkan, Mustafa membajak Airbus A320 dengan nomor penerbangan Flight MS181 itu membawa 81 penumpang dari Alexandria menuju Kairo, tapi dipaksa berbelok arah ke Larnaca, Siprus.